BERITA UTAMAEDITORIAL

Doktor Beatus, Anak Kampung dengan Segudang Prestasi dan Pengalaman Akademis

cropped cnthijau.png
110
×

Doktor Beatus, Anak Kampung dengan Segudang Prestasi dan Pengalaman Akademis

Share this article
Dr. Drs. Beatus Tambaip, MA
Dr. Drs. Beatus Tambaip, MA

“Waktu itu, anak Papua belum banyak di sana seperti sekarang ini karena dana Otsus. Kami harus tinggal dan berbaur dengan orang Solo. Kami harus beradaptasi di sana, karena kami ini anak-anak dari kampung. Jadi kami berada di tengah budaya yang berbeda. Akhirnya proses internalisasi dan akulturasi kami sudah alami di Jawa. Itu dari 1984-1989 kami di sana. Karena kami dicangkok, dipersiapkan untuk jadi dosen. Saya yang tadinya tidak bisa berbicara, jadi saya harus menyiapkan diri secara baik di Jawa. Saya ikut aktivitas di gereja, cari cara bagaimana siapkan diri untuk pulang jadi dosen,” bebernya.


Setelah studi selama lima tahun di Universitas Sebelas Maret, Beatus Tambaip akhirnya pulang ke Papua dan mengabdi di Universitas Cenderawasih. Mulai tahun 1989, dia diangkat menjadi tenaga dosen di universitas itu.

ads

“Ketika itu kita belum ada gaji dan personal komputer baru diperkenalkan di kampus. Caranya bagaimana kita cari uang untuk hidup ya, kita belajar menggunakan personal komputer. Kita ketik laporan penelitian, ya kita enjoy saja. Saya juga belum kawin, jadi tidur di kampus. Meskipun belum ada gaji, tapi kita selalu hadir dan terlibat di kampus. Di situ kita dilihat dan dikasih tanggung jawab. Kita tidak banyak mengeluh dan jalani saja,” ucap Beatus mengenang.

Loyalitas dan dedikasinya terus ditunjukkan selama menjadi dosen di Uncen. Tahun 1994, Beatus Tambaip ditugaskan ke Kabupaten Asmat untuk melakukan penelitian tentang Dana Desa dalam program IDT bersama dengan Prof. Rubianto selama 3 bulan. Berbekal ilmu pengetahuan dan kemampuan dasar selama kuliah, tugas itu berhasil dilaksanakan.

“Saat itu kita tinggal di Asmat 3 bulan, sampai saya punya jenggot  panjang nih. Secara tidak sadar, kita punya kemampuan-kemampuan dasar yang kita sekolah dulu tuh, muncul,” ujar Beatus berseloroh


Waktu terus berjalan. Tahun1995 Beatus diberikan kepercayaan sebagai Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Cenderawasih. Kepercayaan itu diembannya dengan penuh tanggung jawab. Hingga akhirnya Beatus mendapat kesempatan untuk ke Australia untuk studi pasca sarjana.


“Waktu itu saya belajar bahasa Inggris. Jadi bahasa Inggris saya dari SLTA, tidak bisa sama sekali. Belajar mulai tahun 1994, 1995. Dan tahun 1995 juga saya nikah, karena belajar-belajar juga tidak ada tanda-tanda kemajuan, ya saya kawin. Setelah itu baru menggebu-gebu lagi belajar bahasa Inggris. Akhirnya, Tuhan sayang, saya dapat bantuan dari Pemda Merauke untuk mengambil gelar S2 ke Australia,” kisahnya.

Beatus Tambaip mendapat kesempatan studi ke Australia, lantaran angin keterbukaan dan euforia pemimpin yang muncul dari anak asli Papua. Dia adalah Drs. Johanes Gluba Gebze (JGG) yang pada saat itu terpilih dan dilantik sebagai Bupati Merauke. Tampilnya JGG sebagai pemimpin dari kalangan OAP di zaman itu, membuka kran perhatian kepada orang asli Papua.

“Saat itu saya ajukan proposal dan disetujui oleh Bapak John Gluba untuk ke Australia, dengan harapan saya kembali dari sana bisa bangun dunia pendidikan di Merauke. Karena saya dianggap anak Merauke yang sudah memenuhi syarat. Saya ambil Manajemen Sumber daya Manusia. Kebetulan selama menjadi dosen di Uncen, saya tertarik untuk mengajar Perilaku Organisasi.

“Jadi rumpun perilaku organisasi itu ada di manajemen sumber daya manusia. Bidang kepemimpinan ada di rumpun itu. Karena saya tertarik dengan itu, di saat berjalan tinggal lanjutkan. Makanya saya punya lektor kepala 1V A itu diakui oleh Kementerian sebagai pakar di bidang perilaku organisasi. Jadi mata kuliah-mata kuliah yang menyangkut kepemimpinan, strategi manajemen, organisasi manajemen, perilaku organisasi itu ada dalam rumpun besar dari metode manajemen,” terangnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *