BERITA UTAMAEDITORIALNASIONAL

Polemik Nagita Slavina Sebagai Ikon, Bukan Duta PON XX Papua, Kritik yang Terlambat dan Pentingnya Influencer yang Hebat

cropped cnthijau.png
31
×

Polemik Nagita Slavina Sebagai Ikon, Bukan Duta PON XX Papua, Kritik yang Terlambat dan Pentingnya Influencer yang Hebat

Share this article
Nagita Slavina dan Arie Kriting
Nagita Slavina dan Arie Kriting

Dengan kritik yang disampaikannya, komika ini kesannya ingin membangun image dirinya sebagai “Peduli Papua Banget”.

Saya cukup tertawa saja dan saya anggap ini sebagai gimmick-gimmick yang memang harus dilakukannya untuk mempertahankan eksistensi dirinya di dunia hiburan tanah air.

Klik iklan untuk info lebih lanjut

Kedua, Arie Kriting sedang melakukan Characteer Assassin atau Pembunuhan Karakter terhadap Nagita Slavina yang secara sah menjalankan lakonnya sebagai Ikon PON XX Papua.

Sebelum menulis lebih jauh, saya mencoba menjelaskan apa itu Characteer Assassin atau pembunuhan karakter?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan, pembunuhan karakter adalah upaya yang disengaja dan berkelanjutan untuk merusak reputasi atau kredibilitas seseorang. 

Meski secara utuh Arie Kriting tidak melakukan serangan yang berkelanjutan, namun patut diduga akibat kritik tersebut kemudian muncul tanggapan negatif terhadap sosok Nagita Slavina yang terjadi secara berantai dari banyak komponen warga, baik artis, tokoh politik, tokoh publik dan bahkan aktivis pelarian sekelas Veronica Koman.

Apalagi dalam komentar dalam Instagram pribadinya seperti dilansir oleh sejumlah media online Nasional, Arie Kriting juga secara terang-terangan menuding Nagita Slavina mencuri budaya kelompok minoritas untuk keuntungan pribadi.

“Penunjukan Nagita Slavina sebagai duta PON XX Papua ini memang pada akhirnya dapat mendorong terjadinya cultural appropriation,” ujar Arie Kriting dikutip dari laman Instagram, Rabu (2/6) lalu

Kembali sebelumnya kita harus tahu apa itu cultural appropriation yang dilontarkan Arie Kriting tersebut.

Penulis yang mengutip dari jurnal ilmiah karya Jaja Grays bertajuk The Blurred Line of Cultural Appropriation seperti dilansir Kompas.Com diketahui, yang dimaksud dengan cultural appropriation atau apropriasi budaya adalah perbuatan yang mengacu pada meminjam atau mencuri budaya dari kelompok minoritas untuk digunakan sebagai keuntungan pribadi.

Dalam konteks ini, jelas apa yang dilakukan oleh Arie Kriting adalah tuduhan yang salah alamat jika tidak boleh dikatakan mengada-ngada.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *