BERITA UTAMAMIMIKA

Biak Kembali Raih Juara Umum Pesparawi XIII se-Tanah Papua Usai Sabet Champion Paduan Suara Etnik

cropped cnthijau.png
11
×

Biak Kembali Raih Juara Umum Pesparawi XIII se-Tanah Papua Usai Sabet Champion Paduan Suara Etnik

Share this article
Suasana perlombaan paduan suara etnik di GOR Futsal, Kamis malam.5b5e9204 3142 47de 99cd 0890e9e6f752
Suasana perlombaan paduan suara etnik di GOR Futsal, Kamis malam.

Timika, fajarpapua.com – Kontingen Kabupaten Biak patut berbangga karena meraih juara umum pada Pesparawi XIII se- Tanah Papua di Kabupaten Mimika setelah menyabet lagi emas champion pada paduan suara etnik saat hari terakhir perlombaan, Kamis (05/11) malam di GOR Futsal – Timika, Papua.


Champion terakhir tadi malam membuat Kabupaten Biak Numfor meraih 4 champion pada Pesparawi XIII yang digelar sejak 30 Oktober 2021 di Timika ini.

ads


Tampil pada urutan terakhir dengan nomor urut 28, Kontingen Kabupaten Biak Numfor mengenakan busana daerah dilengkapi berbagai aksesoris khas Papua.


Diiringi sejumlah alat musik tradisional Papua, peserta dari Kontingen Biak Numfor menyanyikan lagu ‘Wos Injirine,’ bahasa Biak sambil menari dipandu dirigen, Everlius Laurens Wader.


Lagu ini menjelaskan tentang kekuatan Injil yang membuat manusia bertobat memasuki peradaban baru, menyambut Kristus Sang Bintang Timur yang gemilang. Dalam tarian itu penari laki-laki menggunakan parang dan perisai yang terbuat dari kayu.


Dari perpaduan penampilan musik lagu dan tarian yang indah itu, kontingen Biak berhasil menyabet Emas Champion dengan nilai 85,58. Hal itu membuat saat diumumkan, langsung disambut tepuk-tangan dan sorak-sorai penonton yang hadir terutama supporter Kabupaten Biak Numfor. Bahkan sejumlah penonton masuk ke dalam tempat pentas dan ikut menari dengan peserta. Dalam lomba paduan suara etnik itu semua kontingen membawa Salib dan Alkitab.


Lima kontingen yang menjadi peserta lomba Paduan Suara Etnik ini, semuanya mendapatkan medali emas.
Urutan kedua pada perlombaan tersebut diraih Kontingen Kabupaten Mimika dengan nilai 85,50.


Tampil keempat dengan nomor peserta 20, para penyanyi dan penari mengenakan pakaian adat perpaduan Suku Amungme dan Kamoro, yang merupakan dua suku asli Mimika peserta menyanyikan lagu ‘Weane’ dari Bahasa Amungme ciptaan Michael Beanal,  serta lagu ‘Narwawa’ dan ‘Makiminamo’ Bahasa Kamoro, ciptaan Dominggus Kapiyau.


Lagu ini mengisahkan dua kelompok suku besar bertemu, melakukan ritual penyembahan memuji dan memuliakan nama Tuhan sebagai ucapan syukur atas segala kemurahan Tuhan yang masih memberi mereka kesempatan menikmati indahnya kehidupan.

Peserta bernyanyi sambil menari tarian etnik Amungme dan Kamoro, yang dipandu penari Sampe Pangihutan Sianturi. 
Urutan ketiga dari Kontingen Merauke dengan perolehan nilai 84,50.


Mengenakan Busana khas Merauke, peserta tampil  urutan kedua dengan nomor peserta 13  diiringi tifa alat-alat musik tradisional Papua seperti alat musik tiup  Fu, Busek, dan kandara atau tifa besar khas Marind dan suling.
Mereka tampil memukau membawakan lagu ‘Nanggo Manggeman,’ ciptaan Florentina Gebze.
Lagu dan tarian ini mengisahkan kehidupan orang orang Marind yang telah menerima Injil Kristus sejak dulu kini dan masa yang akan datang.


Berikutnya dari Kontingen Nabire meraih nilai 84,00. Tampil pada urutan keempat dengan nomor peserta 17, mereka membawakan lagu ‘Ugatame Miyobeu’ artinya Tuhan Allah luar biasa, ciptaan Edmar Ukago.
Diiriingi alat-alat musik tradisional Papua, peserta yang mengenakan busana khas Nabire beserta aksesorisnya, lihai bernyanyi sambil menari.


Terakhir dari Kabupaten Puncak memperoleh nilai 82,17.
Tampil pertama dengan nomor peserta 03, peserta membawakan lagu lagu ‘Nitak Himie’ yang artinya menyembah Tuhan, ciptaan Pdt Don Gibbons  dipandu dirigen Merry Tabuni.


Lagu itu merupakan lagu adat Suku Damal yang biasanya dalam acara adat seperti acara Injil Masuk Tanah Papua.
Mengenakan pakaian adat dan aksesoris khas Kabupaten Puncak, peserta menari dan menyanyi memuji Tuhan. Dalam tarian itu peserta laki-laki membawa busur dan panah sambil sesekali busur dan panah dibunyikan dengan cara dipukul mengiringi lagu yang dinyanyikan.


Setiap peserta yang tampil dalam Paduan Suara Etnik ini mendapar souvenir Patung Mbitoro, ukiran khas Kamoro.
Ketua Umum Panitia Pelaksana Pesparawi XIII se-Tanah Papua, Johannes Rettob dalam sambutannya setelah selesai perlombaan Paduan Suara Etnik yang merupakan lomba terakhir dari 12 kategori di Pesparawi XIII di Mimika ini mengucapkan terimakasih kepada panitia, kontingen dan semua pihak yang berperan serta dalam menyukseskan pelaksanaan Pesparawi tersebut. 


“Pesparawi telah selesai terimakasih banyak untuk semua dukungan dalam pelaksanaan pesparawi 13 Kabupaten Mimika besok (Jumat-red) kita akan melaksanakan Musyawarah Daerah Pesparawi ke-13 untuk memilih tempat lokasi Kabupaten mana yang akan menjadi tuan rumah ke 14. Nanti hari Sabtu, kita akan gelar penutupan di GOR MSC dan dibuka untuk umum akan banyak artis yang hadir di situ,” kata John. (Yosefina/Sam Nussy/Pesparawi XIII)
 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *