Timika, fajarpapua.com- Pepatah pendidikan adalah jendela dunia, memang benar adanya karena dengan pendidikan tidak sedikit perubahan dapat dilakukan.
Berdasar pepatah itulah Calon Wakil Bupati (Cawabup) Kabupaten Mimika, Emanuel Kemong jika nantinya dipercaya masyarakat menjabat sebagai Wakil Bupati Kabupaten Mimika dirinya bertekad akan memulai pembangunan dari dunia pendidikan.
Apa yang menjadi tekad Emanuel Kemong itu nampaknya bukan sesuatu hal yang muluk dan berlebihan jika melihat latar belakangnya sebagai mantan pengajar atau guru.
Bahkan Emanuel Kemong yang merupakan Tokoh Masyarakat Suku Amungme pernah diberikan kepercayaan memimpin Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) yang saat ini berubah menjadi Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK).
Seperti diketahui lembaga nirlaba yang pernah dipimpinnya itu merupakan lembaga pengelola dana corporate social responsibility (CSR) PT Freeport Indonesia yang fokus pada bidang ekonomi, kesehatan dan pendidikan.
Saat memimpin LPMAK, mantan guru tersebut terbukti berhasil membantu Pemerintah Daerah Kabupaten Mimika dalam membangun dunia pendidikan dari kota hingga ke pelosok pesisir dan gunung.
“Sebetulnya Kabupaten Mimika ini tidak mengalami kesulitan, karena semua sumber daya tersedia, sehingga kita tidak mengalami kesulitan, dan dibarengi dengan APBD yang cukup besar sehingga yang perlu diprioritaskan harus dunia pendidikan,” ungkap Emanuel Kemong.
Menurutnya dengan sumberdaya yang berlimpah dan tingginya APBD di Kabupaten Mimika saat ini yang diperlukan adalah sosok pemimpin yang peduli dunia pendidikan yang setara bagi semua pihak.
“Tapi yang terjadi dari tahun ke tahun keadaan begitu-begitu saja. Belum ada satu perubahan yang berarti bagi dunia pendidikan. Terutama di daerah daerah terpencil, pesisir dan pedalaman itu sangat memprihatinkan,” katanya.
Terkait tekadnya untuk mengawali pembangunan di Kabupaten Mimika dari dunia pendidikan, Cawabup yang akan mendampingi Calon Bupati (Cabup) Mimika, Johannes Rettob tersebut telah mengidentifikasi permasalahan yang ada.
Tantangan pertama yang dilihatnya adalah pelayanan di bidang pendidikan yang belum merata atau belum dikelola serius sehingga terjadi ketimpangan antara kota dan daerah pesisir maupun pegunungan.
“Jadi dunia pedidikan ini masih dianggap biasa-biasa saja. Terlihat hanya fokus pada kota saja. Sedangkan di wilayah pinggiran kota seperti di pesisir dan pegunungan belum ada strategi khusus yang dilakukan oleh dinas terkait untuk membenahi pendidikan,” ujarnya.
Misalnya, kata dia, penempatan guru yang tidak berimbang, kurang adanya kontrol dari dinas terhadap guru-guru di wilayah pesisir dan pegunungan sehingga proses belajar mengajar kurang maksimal.
“Kedua nasib para guru juga harus serius diperhatikan, kalau tidak diperhatikan bagaimana para guru betah di tempat tugas. Dan yang terakhir terkait partisipasi orang tua dan lingkungan juga perlu mendukung sehingga mutu pendidikan di sekolah terus ditingkatkan,” tegasnya.
Faktor-faktor itulah yang menurutnya menjadi penghambat pertumbuhan serta perkembangan dunia pendidikan di wilayah pesisir dan pegunungan.
“Hal Ini yang perlu diperhatikan oleh semua pihak untuk membangun pendidikan di daerah daerah terpencil kedepan,” pungkasnya. (tim)