Sarmi, fajarpapua.com- Banjir besar yang merendam beberapa wilayah di Kabupaten Sarmi merupakan dampak dari curah hujan yang tinggi pada tanggal 19 sampai 20 Juli 2024 lalu.
Dari perhitungan BMKG Papua serta pantauan Satelit JAXA Globar Rain Fall, curah hujan yang terjadi pada dua hari tersebut mencapai 220,0 milimeter.
Berdasar informasi yang dikutip fajarpapua.com dari LKKJ, Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Memberamo, Irwan Valentinus Sihotang mengatakan curah hujan sebesar 220,0 milimeter melebihi daya tampung Sub DAS Memberamo seperti Sungai Tor Atas, Sungai Waskey, Sungai Waim dan Sungai Oray.
Akibat melebihi kapasitas daya tampung empat sungai yang ada di Sub DAS Memberamo, akhirnya air meluap ke daerah sekitar yang merupakan dataran rendah hingga mencapai ke pemukiman warga.
“Banjir memang merupakan bagian dari siklus hidrologi yang dipengaruhi oleh unsur Evaporasi, Transpirasi, Kondensasi, Presipitasi, Infiltrasi dan Runoff,” ujarnya.
“Banjir terjadi ketika debit air yang masuk ke suatu wilayah melebihi kapasitas tampung sistem drainase dan daerah resapan air,” jelas Irwan.
Sebagai instansi yang bertanggung jawab atas Pengelolaan DAS di Papua, menurutnya BPDAS Mamberamo memiliki peran penting dalam upaya penanganan banjir, baik dalam hal mitigasi, tanggap darurat, maupun memberikan arahan kebijakan rehabilitasi dan rekonstruksi.
“Dengan adanya bencana banjir yang terjadi di Kabupaten Sarmi, BPDAS Memberamo menerjunkan tim mitigasi terpadu untuk melakukan asessment dan analisa banjir dilapangan guna mendukung sinergisitas serta kolaborasi dengan pihak BPBD Kabupaten Sarmi,” kata Irwan.
Sementara itu Kepala Seksi Program dan Evaluasi BPDAS Memberamo Ronald Luhulima mengatakan seusai menerima instruksi pihaknya langsung membentuk dan menerjunkan Tim Terpadu Mitigasi ke Kabupaten Sarmi.
“Tim mitigasi BPDAS Memberamo di Sarmi akan bekerja sama dengan BPBD Kabupaten Sarmi guna mengumpulkan data dan informasi akurat di lapangan, yang kemudian dianalisis di BPDAS Memberamo untuk memahami pola dan penyebab banjir secara teknis hidrologi DAS,” urainya
Kegiatan mitigasi ini diharapkan menghasilkan data dan informasi berdasarkan assessment dan analisis yang dimungkinkan dapat menjadi dasar bagi pengambilan keputusan bagi pejabat pemangku wilayah Sarmi yang tepat dalam upaya penanggulangan bencana dan pencegahan banjir di masa depan.
Sedangkan Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sarmi, Darius Nari mengatakan akibat dari hujan deras sungai maupun selokan-selokan rumah warga tidak mampu menampung debit air sehingga terjadi banjir.
“Wilayah yang paling parah diantaranya Distrik Sarmi, Distrik Sarmi Timur, Distrik Sarmi Selatan, Distrik Pantai Barat, dan Distrik Tor Atas. Banjir juga merusak Jembatan di Kampung Waim, Distrik Pantai Barat, dan putusnya Jembatan Tinggwam, Distrik Sarmi Timur,” ungkap Darius.
Tim TRC PB. BPBD Sarmi lanjutnya mencatat kurang lebih 560 kepala keluarga (KK) terdampak dan juga menghanyutkan empat buah jembatan yang berada di Waskey, Waim, Tinggwam da Webro.
Darius menjelaskan, BPBD Kabupaten Sarmi juga telah menetapkan status Tanggap Darurat Bencana Banjir Kabupaten Sarmi dan melakukan evakuasi warga terdampak serta membangun tiga buah posko. .
“Kami juga nelakukan kordinasi lintas sektor terutama untuk pembangunan jembatan sementara di Waskey, evakuasi warga terdampak kedaerah yang aman dan distribusi logistik kepada warga melalui posko yang dikoordinir langsung oleh BPBD Sarmi,” tutupnya. (mas)