BERITA UTAMAMIMIKA

Prakirawan BMKG Mimika: Timika Tak Kenal Musim Kemarau, Curah Hujan Tinggi Sepanjang Tahun

337
×

Prakirawan BMKG Mimika: Timika Tak Kenal Musim Kemarau, Curah Hujan Tinggi Sepanjang Tahun

Share this article
IMG 20250402 WA0048
Prakirawan BMKG Timika, Sony Hartono

Timika, fajarpapua.com – Wilayah Timika, Papua, dikenal memiliki curah hujan tinggi sepanjang tahun tanpa adanya musim kemarau.

Menurut Sony Hartono, Prakirawan BMKG Mimika, hal ini disebabkan oleh ambang batas curah hujan bulanan yang selalu melebihi 150 mm, sehingga secara teknis, Timika selalu berada dalam musim hujan.

Meski tergolong sebagai daerah dengan musim hujan terus-menerus, distribusi hujan di Timika tidak merata.

“Hujan sering turun lebat dalam waktu singkat, seperti pada pagi atau sore hari, sementara siang hari bisa terasa panas,” jelas Sony.

Kondisi ini membuat sebagian masyarakat mengira ada periode kemarau, padahal sebenarnya hujan hanya tidak turun secara konsisten sepanjang hari.

Ia menambahkan, kondisi cuaca ini berdampak pada sektor pertanian. Tanaman yang membutuhkan sinar matahari penuh, seperti tomat dan cabai, sulit berkembang optimal akibat tingginya intensitas hujan.

“Bunga tanaman buah sering gugur karena terguyur hujan, sehingga tidak berkembang menjadi buah. Ini menyebabkan harga komoditas seperti cabai dan tomat di pasar lokal cenderung mahal,” ujarnya.

Saat ini, Timika sedang memasuki periode peralihan menuju puncak musim hujan yang diperkirakan terjadi sekitar Juni.

“April ini masih ada hujan lebat sporadis, tetapi tren beberapa hari terakhir menunjukkan cuaca lebih panas dengan hujan ringan,” kata Sony.

Ia juga menjelaskan dinamika angin turut memengaruhi pola hujan di Timika. Saat ini, angin dari barat bertemu dengan angin timur, memicu pertumbuhan awan konvektif yang berpotensi menyebabkan hujan disertai petir, terutama di sore hari.

“Jika awan tumbuh di barat Timika, biasanya hujan lebat akan terjadi pada sore atau malam hari,” tambahnya.

Meski potensi hujan lebat hari ini dinilai kecil, Sony mengimbau warga untuk tetap waspada terhadap cuaca ekstrem, terutama petani yang perlu memitigasi risiko kelebihan air pada lahan pertanian.

“Jika curah hujan terlalu tinggi tanpa disertai sinar matahari yang cukup, tanaman rentan mengalami pembusukan,” pungkasnya.

Dengan kondisi cuaca yang unik ini, Timika tetap menjadi wilayah dengan iklim basah sepanjang tahun, sehingga masyarakat perlu melakukan adaptasi khusus, terutama dalam aktivitas pertanian dan keseharian. (moa)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *