Timika, fajarpapua.com – PT Asian One melayangkan laporan kepada Dinas Perhubungan Kabupaten Mimika terkait kondisi lapangan terbang Potowayburu di Distrik Mimika Timur Jauh, yang dinilai berpotensi membahayakan keselamatan penerbangan, terutama saat pesawat lepas landas dan mendarat.
Laporan tersebut tertuang dalam surat nomor 002/A1A-QSS/III/2025 perihal Voluntary Hazard Report PT Asian One Air Mengenai Kondisi di Sekitar Area Apron dan Runway Lapter Potowayburu Mimika.
Dalam laporan yang disusun berdasarkan pengamatan pilot tersebut, disebutkan adanya rintangan berupa rumput liar yang tumbuh di area apron dan runway 09-27, serta pohon di ujung runway 09-27 yang melebihi batas ketinggian maksimal untuk jalur pendakian pesawat Cessna Grand Caravan, yakni 50 feet (15 meter).
Kondisi ini dinilai dapat mengurangi performa pesawat dan berdampak serius terhadap keselamatan operasional penerbangan dari dan menuju Bandara Potowayburu.
“Kami berharap hal ini menjadi perhatian serius Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Mimika selaku pengelola Bandara Potowayburu, demi menciptakan penerbangan yang aman dan selamat,” tulis QSS Manager PT Asian One, Mochamad Reza, dalam surat laporan tersebut.
Namun sesuai informasi yang diperoleh fajarpapua.com, laporan tersebut belum ditangani Dinas Perhubungan Mimika meskipun penerbangan ke Potowayburu terhenti selama dua minggu ini.
Disisi lain, tidak beroperasinya pesawat Asian One Air ke Lapter Potowayburu dikeluhkan warga.
Kapolsek Mimika Barat Jauh, Ipda Muhamad Yani mengungkapkan keprihatinannya atas terhentinya operasional penerbangan tersebut.
“Sudah dua minggu ini penerbangan ke Potowai tidak aktif. Padahal, pesawat subsidi ini sangat membantu mobilitas para tenaga pengajar, tenaga kesehatan, serta anggota TNI dan Polri yang bertugas di wilayah Potowayburu” ujarnya.
Menurut dia, tidak beroperasinya penerbangan ini sangat menghambat pelaksanaan tugas dan pelayanan publik di daerah tersebut. Akses ke Potowayburu melalui jalur laut sering kali mengalami kendala akibat kondisi cuaca dan gelombang yang tidak menentu, sehingga penerbangan udara menjadi satu-satunya alternatif tercepat dan paling aman.
Hingga saat ini, pihaknya belum mengetahui penyebab pasti penghentian sementara operasional Asian One Air ke wilayah itu. Namun, Ipda Yani berharap agar otoritas maskapai dan pemerintah terkait dapat segera mengaktifkan kembali pelayanan penerbangan ke Potowayburu.
“Kami sangat berharap penerbangan kembali diaktifkan. Masyarakat, tenaga pelayanan publik, dan aparat keamanan sangat membutuhkannya untuk menunjang tugas dan aktivitas di wilayah kami,” pungkasnya.(ron)



