Timika, fajarpapua.com – Perayaan Paskah di Paroki St. Stevanus Sempan, Timika, tidak hanya menjadi refleksi atas kebangkitan Kristus, tetapi juga momentum untuk membangkitkan kesadaran ekologis umat.
Pastor Paroki, Gabriel Ngga OFM, menyerukan pentingnya pertobatan ekologis sebagai wujud nyata iman dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam khotbahnya, Pastor Gabriel menekankan bahwa kebangkitan Yesus Kristus seharusnya menginspirasi seluruh umat untuk mencintai dan menjaga bumi sebagai “rumah bersama”.
“Paskah bukan sekadar mengenang peristiwa dua ribu tahun lalu. Ini adalah ajakan untuk bangkit dari sikap masa bodoh terhadap lingkungan, dan mulai membangun gaya hidup yang menjaga keutuhan ciptaan,” ujar Pastor Gabriel.
Selama masa Prapaskah, umat Katolik di Paroki St. Stevanus telah diajak untuk merenungkan tema ekologi secara mendalam, serta mengambil aksi nyata seperti memilah sampah, mengurangi penggunaan plastik, dan menumbuhkan kesadaran menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
Menurut Pastor Gabriel, seruan ini lahir dari keprihatinan terhadap kondisi Timika yang masih menghadapi persoalan serius terkait pengelolaan sampah dan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan.
“Bumi adalah warisan untuk generasi mendatang. Jika kita abai hari ini, maka anak cucu kita hanya akan menerima kerusakan,” tegasnya.
Pastor Gabriel juga mengutip ajaran Paus Fransiskus dalam ensiklik Laudato Si’, yang menekankan pentingnya keadilan ekologis dan tanggung jawab bersama atas lingkungan hidup.
“Pertobatan ekologis adalah bentuk nyata dari kasih kepada sesama dan ciptaan. Ini bukan hanya tanggung jawab umat Katolik, tetapi panggilan universal bagi seluruh manusia, tanpa memandang agama atau latar belakang,” tambahnya.
Selain fokus pada isu lingkungan, Pastor Gabriel juga mengajak umat untuk memperkuat semangat persaudaraan dalam komunitas. Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas iman dan sosial demi kebaikan bersama.
Komunitas basis gerejawi Paroki St. Stevanus pun aktif menggelar diskusi dan pendalaman iman yang mengintegrasikan isu-isu ekologi, sosial, dan ekonomi, sebagai bentuk pelayanan yang menyeluruh.
“Dari Timika, mari kita mulai. Bersama, kita jadikan bumi tempat yang lebih layak huni—demi kemuliaan Tuhan dan masa depan generasi yang akan datang,” tutup Pastor Gabriel penuh harap. (moa)