Timika, fajarpapua.com – Kelompok bersenjata yang mengatasnamakan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat – Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) kembali mengklaim telah melakukan serangan terhadap rombongan militer Indonesia.
Insiden tersebut disebut terjadi pada Sabtu (19/4), di antara Kampung Mamba dan Titigi, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah.
Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, menyampaikan dalam keterangan resminya pada Minggu (20/4) pihaknya berhasil menyergap sebuah mobil teknis milik TNI sekitar pukul 15.00 WIT.
Ia mengklaim dua anggota militer tewas dalam peristiwa tersebut, sementara lainnya mengalami luka-luka.
“Dalam penyergapan tersebut kami berhasil melakukan penembakan terhadap dua aparat militer Indonesia hingga tewas, dan lainnya luka-luka,” ujar Sebby.
Menurutnya, mobil yang diserang mengalami kerusakan akibat tembakan.
Ia juga menegaskan bahwa kelompoknya siap melancarkan serangan gerilya melawan aparat keamanan.
“Senjata lawan senjata,” tegasnya, seraya meminta agar tidak dilakukan serangan udara menggunakan helikopter maupun drone bersenjata.
Pernyataan ini merupakan lanjutan dari sikap TPNPB-OPM yang sebelumnya menyatakan kesiapan mereka berperang jika pemerintah Indonesia tidak mengakui kedaulatan Papua.
Sebby juga mengklaim telah terjadi penambahan pasukan militer ke wilayah Papua, sebanyak 30 personel.
Sementara itu, pihak Tentara Nasional Indonesia (TNI) memilih tidak menanggapi tantangan dari TPNPB-OPM.
Kepala Pusat Penerangan TNI, Brigadir Jenderal Kristomei Sianturi, menegaskan pengiriman pasukan dilakukan secara terencana dan proporsional.
“Pengiriman pasukan ke Papua hanya dilakukan berdasarkan kebutuhan tugas dan rotasi rutin dalam rangka pengamanan wilayah perbatasan,” jelas Kristomei.
Di tengah eskalasi konflik yang meningkat sejak awal tahun, Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua (YKKMP) mencatat telah terjadi sedikitnya 21 bentrokan bersenjata antara TPNPB-OPM dan aparat TNI-Polri hingga pertengahan April.
Dari catatan tersebut, total korban tewas mencapai 40 orang, yang terdiri atas 33 warga pendatang, 7 orang asli Papua, dan 11 personel aparat keamanan.(red)