Timika, fajarpapua.com– Keuskupan Timika menorehkan sejarah baru dengan perayaan Ekaristi misa perdana Uskup Mgr. Bernardus Bofitwos Baru, OSA, yang digelar secara khidmat dan meriah di Gereja Katedral Tiga Raja, Kamis (15/5)
Acara yang dihadiri oleh sejumlah uskup dari berbagai wilayah ini tidak hanya menjadi momen spiritual, tetapi juga panggung keindahan budaya Nusantara dan tariat adat.
Umat yang hadir mengenakan pakaian adat dari berbagai suku di Indonesia, menciptakan mozaik warna yang memukau, mencerminkan keragaman dalam kesatuan iman Katolik.
Perayaan diawali dengan pembacaan riwayat Uskup Mgr. Bernardus Bofitwos Baru, OSA dilanjutkan dengan ritus pembukaan (peraeakan pembukaan) dan kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Kitab Suci dari Kitab Keluaran dan Injil Matius, diikuti homili.
Dalam khotbahnya, Uskup Mgr. Bernardus Bofitwos Baru, OSA mengajak umat merenungkan Injil Markus 9:2-13 tentang peristiwa transfigurasi Yesus di atas gunung.
“Allah Bapa menegaskan, ‘Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.’ Ini adalah seruan bagi kita semua untuk mendengarkan Yesus, Putra Tunggal-Nya, yang rela menderita, wafat, dan bangkit demi keselamatan kita,” tegas Uskup Bernardus.
Uskup Bernardus menjelaskan bahwa “mendengarkan Yesus” berarti mengimani, mencintai, dan mengikuti jalan kasih-Nya, bahkan dalam pengorbanan sehari-hari.
“Kemuliaan Yesus setelah kebangkitan adalah janji bagi kita yang setia menjalani hidup dalam kasih dan pelayanan. Melalui salib, kita diajak untuk mengalami pemulihan dan kebebasan sejati,” ujarnya.
Homili ini disampaikan dengan penuh semangat, menyentuh hati umat yang hadir.
Usai renungan, dilakukan pembaruan janji baptis oleh para imam di Keuskupan Timika, meneguhkan komitmen pelayanan mereka.
Kemeriahan terus berlanjut saat prosesi persembahan diiringi tarian adat suku Mee, salah satu etnis asli Papua.
Tarian ini menjadi simbol syukur dan persembahan hati masyarakat adat kepada Tuhan, sekaligus memperkaya liturgi dengan nilai-nilai kearifan lokal.
Liturgi Ekaristi dilanjutkan dengan konsekrasi dan komuni kudus, menandai puncak perayaan.
Misa kemudian ditutup dengan pemberkatan oleh Uskup Bernardus dan para uskup pendamping.
Dalam pesan penutup, Uskup Bernardus menyampaikan apresiasi atas partisipasi aktif umat.
“Ini adalah bukti bahwa Gereja hidup dalam budaya, dan budaya menemukan makna sejati dalam iman kita,” ucapnya.
Perayaan ini tidak hanya menjadi saksi iman, tetapi juga memperlihatkan harmoni antara spiritualitas Katolik dan kekayaan budaya Indonesia.
Seperti pesan dalam Injil Markus, suara Allah Bapa yang meminta umat “mendengarkan Yesus” bergema melalui tarian, doa, dan semangat persaudaraan yang menyatukan seluruh peserta. (moa)