Jayapura, fajarpapua.com – Sebanyak 55 warga di Distrik Telambo dan Distrik Nipsan, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, dilaporkan meninggal dunia sejak Maret 2025 akibat terserang sejumlah penyakit, terutama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), pneumonia, dan diare.
Kepala Puskesmas Nipsan, Hosea Wasabla, menjelaskan keterlambatan penanganan medis menjadi salah satu penyebab utama tingginya angka kematian tersebut.
“Kami kekurangan tenaga medis sejak insiden penyerangan terhadap nakes dan guru di Anggruk. Banyak tenaga kesehatan non-OAP belum kembali ke tempat tugas, sehingga penanganan terhadap pasien terlambat,” ujarnya, Selasa (27/5).
Selain keterbatasan tenaga, Hosea juga menyebutkan stok obat-obatan yang menipis juga disinyalir mengakibatkan tingginya angka kematian.
“Kami sudah kehabisan obat dan telah mengajukan permintaan tambahan. Korban yang meninggal sebagian besar menderita pneumonia, ISPA, dan diare, terutama anak-anak dan Lansia,” katanya.
Sementara itu, Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Yahukimo, Habel Yando, mengungkapkan pihaknya telah turun langsung ke lapangan untuk memberikan pengobatan dan mendata jumlah korban di sembilan kampung di dua distrik tersebut.
“Dari hasil pendataan di lapangan, tercatat 44 warga meninggal dunia, terdiri dari 28 orang dewasa dan 16 anak-anak. Mereka umumnya menderita pneumonia, ISPA, myalgia, serta beberapa penyakit yang belum teridentifikasi,” jelas Habel.
Namun ia menambahkan hingga saat ini, berdasar data yang ada total korban meninggal dunia telah mencapai 55 orang.
Dinas Kesehatan Yahukimo berencana kembali ke Dekai untuk mengambil suplai obat-obatan tambahan guna melanjutkan penanganan di wilayah terdampak. (hsb)