Timika, fajarpapua.com – Langkah konkret membangun ekonomi mandiri masyarakat adat Kamoro dan Amungme di Timika diwujudkan melalui peletakan batu pertama pembangunan 20 kios UMKM.
Program ini merupakan hasil kolaborasi strategis antara Yayasan Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK), PT Bank Tabungan Negara (BTN) Cabang Timika, STIE Jembatan Bulan (JB), dan PT Freeport Indonesia.
Ketua Pengurus YPMAK, DR Leonardus Tumuka, menegaskan program ini dirancang sebagai jalan menuju kemandirian ekonomi masyarakat lokal. Ia menyebut kolaborasi antar-lembaga ini sebagai sinergi yang sangat positif dan berdampak luas.
“Kami memulai langkah pertama yang dirancang bersama dengan PT Freeport dan vendor, serta dukungan penuh dari STIE JB. Ini kolaborasi luar biasa. Kami ingin masyarakat Papua, khususnya Kamoro dan Amungme, tidak hanya menjadi penonton di tanahnya sendiri, tetapi pelaku ekonomi yang mandiri,” ujar Tumuka penuh semangat.
Tumuka juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh mitra, termasuk BTN, tim devisi ekonomi YPMAK, para vendor, tokoh agama, serta insan pers yang konsisten dalam pemberitaan pembangunan masyarakat adat.
Sementara itu, Brands Manager BTN Timika, Herry Gerald Talupun, menjelaskan peletakan batu pertama ini merupakan implementasi dari Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang telah ditandatangani pada April lalu antara BTN, YPMAK, dan vendor dengan pengawasan STIE JB.
“Ini bukan sekadar proyek pembiayaan, tapi sebuah pendekatan kolaboratif berbasis pendampingan dan literasi keuangan menyeluruh. Tujuannya adalah menciptakan pengusaha lokal yang berdaya saing,” kata Herry.
Empat Pilar Program:
Literasi Keuangan: Pelatihan dasar tentang menabung dan pengelolaan keuangan bagi calon pelaku UMKM.
Pendampingan Intensif: Mahasiswa STIE JB ditugaskan sebagai mentor yang membantu pelaku usaha dalam hal pembukuan dan manajemen. Para mentor ini juga memperoleh insentif sesuai ketentuan.
Paket Usaha Komplit: Setiap peserta program menerima kios permanen beserta stok awal barang kebutuhan pokok.
Digitalisasi dan Marketplace: Kinerja UMKM dimonitor secara real-time melalui dashboard digital. BTN juga tengah menyiapkan marketplace khusus untuk mendukung pemasaran produk lokal secara berkelanjutan.
“Satu paket senilai Rp 269 juta per unit mencakup seluruh sistem operasional. Tinggal dijalankan seperti franchise — mulai dari sistem, stok, hingga pendampingan,” jelas Herry.
Ia menambahkan, satu mentor akan membimbing lima kios selama fase awal.
Program ini ditargetkan selesai dalam waktu 5 hingga 6 bulan, dan diharapkan dapat direplikasi di wilayah lain di Papua Tengah sesuai dengan visi Gubernur Papua Tengah.
Julita Omaleng, salah satu penerima manfaat dari masyarakat Amungme, menyampaikan apresiasinya atas kesempatan yang diberikan.
“Terima kasih kepada YPMAK. Ini bukan hanya fasilitas bagi individu, tapi aset bersama masyarakat. Kami siap bekerja keras dan membutuhkan bimbingan terus-menerus agar kios ini benar-benar bermanfaat,” tuturnya.
Inisiatif pembangunan 20 kios ini menjadi simbol transformasi ekonomi masyarakat adat di Mimika. Kolaborasi multipihak ini tidak hanya menghadirkan fasilitas usaha, tetapi juga semangat kemandirian yang bertumbuh dari nilai kebersamaan, pemberdayaan, dan pelayanan.
Dengan adanya program ini, masyarakat Kamoro, Amungme, dan lima suku kekerabatan lainnya memiliki peluang nyata untuk bertransformasi dari konsumen menjadi produsen aktif di tanah leluhur mereka sendiri. (mua)
Paling juga 6 bulan setelah terlaksana Kios UMKM langsung hilang