Timika, fajarpapua.com – Suasana penuh keakraban tampak ketika jajaran pengurus Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) duduk bersama dengan pengurus Yayasan Bina Teruna Indonesia Bumi Cenderawasih (Binterbusih) dalam ruang sederhana di Kota Semarang, Jawa Tengah.
Pertemuan ini bukan hanya silaturahmi, tetapi menjadi momentum penting untuk membangun komitmen bersama dalam meningkatkan kualitas penerima beasiswa.
YPMAK telah menjalin kerja sama dengan Yayasan Binterbusih sejak tahun 1997 silam. Hingga kini, tercatat sekitar 400 penerima beasiswa yang dikelola Binterbusih, mulai dari tingkat SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Program ini menjadi salah satu jembatan penting bagi anak-anak Amungme, Kamoro, dan lima kerabat suku di Mimika untuk meraih pendidikan yang lebih tinggi.
Ketua Pengurus YPMAK, Dr Leonardus Tumuka menegaskan kunjungan ini merupakan langkah penting untuk membangun komunikasi dan evaluasi bersama mitra.
“Kita sedang melakukan upaya perbaikan, membenahi kualitas beasiswa. Kami minta Yayasan Binterbusih bersama mendukung pembenahan ini,” ujarnya.
Leo menilai komunikasi dengan lembaga mitra sangat dibutuhkan agar kelemahan dan kekurangan dalam pelaksanaan program bisa diidentifikasi dan segera dicarikan solusinya.
Wakil Ketua Pengurus YPMAK Bidang Monitoring dan Evaluasi, Hendaotje Watory, turut memberikan apresiasi atas kiprah Binterbusih yang selama ini mendampingi mahasiswa penerima beasiswa di Pulau Jawa dan Bali.
“Binterbusih ini mitra kami yang menangani beasiswa untuk pelajar dan mahasiswa di Jawa dan Bali. Mereka juga punya keinginan yang sama dengan kami agar kualitas penerima beasiswa ditingkatkan,” kata Otje.
Sebagai tindak lanjut, YPMAK menyiapkan buku pedoman beasiswa yang nantinya akan disosialisasikan ke semua lembaga mitra, termasuk Yayasan Binterbusih Semarang dan Yayasan Pendidikan Lokon di Tomohon, Sulawesi Utara.
Ketua Pengurus Yayasan Binterbusih, Pascalis Abner menekankan pentingnya strategi yang tepat untuk membangun komitmen ini.
Pascalis juga mengingatkan bahwa latar belakang keluarga peserta beasiswa berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu kebijakan agar anak-anak tidak serta-merta kehilangan beasiswa hanya karena belum menunjukkan prestasi. “Kita mau supaya semua anak-anak yang mendapatkan beasiswa ini punya prestasi di kemudian hari,” ucapnya.
Bagi Pascalis, pembinaan yang dilakukan tidak hanya pendampingan akademik. Ada cita-cita besar di balik itu, agar anak-anak Amungme dan Kamoro mampu berdiri tegak sebagai pemilik tanah mereka sendiri.
“Supaya mereka kemudian hari menjadi pelita bagi masyarakatnya,” harap Pascalis.
Ketua Pembina Yayasan Binterbusih, Paulus Sudiyo menambahkan, ada empat aspek yang selalu ditanamkan dalam mendidik penerima beasiswa yakni akademik, karakter, keterampilan, dan iman.
“Empat hal ini terus dikembangkan oleh Yayasan Binterbusih dalam membina dan membimbing anak-anak peserta beasiswa,” jelasnya.
Namun, tantangan tetap ada. Tidak jarang penerima beasiswa menganggap beasiswa sebagai hak semata, tanpa menjadikannya sebagai alat perjuangan untuk meningkatkan kualitas diri.
“Banyak anak-anak menikmati beasiswa, tidak menjadikan beasiswa sebagai alat perjuangan untuk meningkatkan kualitasnya, tapi mereka menikmati, santai dan daya juangnya kurang,” ungkap Paulus.
Meski tantangan besar menghadang, YPMAK dan Binterbusih tetap berkomitmen untuk menyiapkan generasi muda Papua yang unggul. Pendidikan bukan hanya soal nilai akademis, tetapi juga tentang membentuk karakter, menumbuhkan daya juang, dan menguatkan akar budaya serta iman.
Kunjungan ke Semarang kali ini menjadi pengingat bahwa beasiswa bukan tujuan akhir, melainkan sarana untuk membangun sumber daya manusia yang kelak mampu menjadi penerang bagi masyarakat di tanah kelahirannya. (ots-2)

