Timika, fajarpapua.com – Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kabupaten Mimika terus memperkuat perannya sebagai mitra pemerintah dalam membangun masyarakat dari kampung ke kota.
Dalam kunjungan kerja ke Distrik Mimika Timur Jauh, Rabu (15/10), TP PKK turun langsung ke rumah-rumah warga untuk memastikan program prioritas di bidang pendidikan dan kesehatan berjalan efektif.
“Kami sebagai perpanjangan tangan pemerintah turun langsung hingga ke rumah-rumah. Fokus kami pada pendidikan dan kesehatan. Kami juga dapat laporan dari pustu sini bahwa ada anak yang stunting, jadi kami kunjungi dan lihat langsung,” kata Ketua TP PKK Mimika, Ny. Susy Rettob didampingi Wakil Ketua Ny Perina Kemong dan tim.
Di bidang pendidikan, Ny. Susy Rettob mencanangkan program wajib belajar 13 tahun sebagai upaya menciptakan generasi cerdas dan berdaya saing.
“Sejak kecil kita harus perhatikan anak-anak karena mereka adalah generasi penerus menuju gerbang emas Mimika,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Distrik Mimika Timur Jauh, Yulius Katagame, mengucapkan terima kasih atas kunjungan TP PKK Mimika yang dinilai memberi semangat baru bagi masyarakat di wilayahnya.
“Untuk pendidikan, jumlah siswa TK PAUD Fanamo berjumlah 89 anak dan TK PAUD Omawita lebih dari 30 siswa. Fasilitas bangunan TK Negeri Omawita sudah ada sejak 2022, sementara TK Fanamo belum memiliki gedung sendiri sehingga satu tahun lalu mereka menggunakan balai kampung. Tahun 2024 ini gedung serba guna dibangun untuk kegiatan belajar mengajar sambil menunggu pembangunan TK baru,” jelasnya.
Untuk sektor kesehatan, lanjut Yulius, pihaknya memfokuskan perhatian pada penanganan stunting dengan melaksanakan pemberian makanan tambahan (PMT) oleh PKK distrik kepada masyarakat di masing-masing kampung.
“Penanganan stunting ini menggunakan dana desa. Kami setahun sekali melakukan kegiatan PKK. Faktor stunting tidak hanya dari sisi makan dan minum, tetapi kendala utama kami adalah air bersih yang kurang tersedia,” ungkapnya.
Ia menambahkan, sebagian besar warga masih bergantung pada air hujan karena sumber air bersih sulit diperoleh.
“Kami kesulitan air bersih, sumur juga tidak bersih. Di sini rata-rata 80 persen masyarakat konsumsi air hujan, termasuk saya sendiri. Kalau ke Timika kami bawa beberapa gen air, selebihnya kami minum air hujan,” imbuhnya.
Selain air bersih, Yulius menyebut persoalan listrik dan perumahan juga menjadi tantangan tersendiri di wilayahnya.
“Untuk listrik, kami sudah usulkan ke PLN Timika namun sampai sekarang belum terealisasi. Rumah layak huni juga menjadi faktor penyebab stunting karena dalam satu rumah bisa dihuni tiga sampai empat kepala keluarga. Dalam kondisi seperti itu, sulit memenuhi kebutuhan gizi anak-anak,” katanya.
Ia mengungkapkan, berdasarkan pendataan, kebutuhan rumah layak huni di Distrik Mimika Timur Jauh mencapai 1.235 unit untuk masyarakat yang tersebar di berbagai kampung.
“Semoga ini bisa menjadi perhatian pemerintah daerah, khususnya Bupati dan Wakil Bupati, di mana kami sangat mendukung visi misi membangun dari kampung ke kota,” pungkasnya. (BEM)