Timika, fajarpapua.com— Insiden longsoran lumpur bijih (wet muck) di area tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) masih menimbulkan dampak besar terhadap kegiatan operasional PT Freeport Indonesia (PTFI) dan rantai pasok industri tembaga nasional.
Sejak peristiwa tersebut, PTFI menghentikan sementara seluruh kegiatan produksi di area tambang bawah tanah, termasuk di Big Gossan dan Deep Mill Level Zone (DMLZ) yang sejatinya tidak terdampak langsung longsoran.
VP Corporate Communications PTFI, Katri Krisnati, menjelaskan perusahaan kini fokus pada proses perawatan dan evaluasi dua area tambang itu guna memastikan keamanan dan kesiapan operasional sebelum kembali berproduksi.
“Sejak terjadinya insiden luncuran material basah di area tambang bawah tanah Grasberg Block Cave, hingga saat ini PT Freeport Indonesia masih menghentikan sementara seluruh kegiatan operasional di tambang bawah tanah,” ujar Katri seperti dikutip fajarpapua.com dari situs Bloomberg Technoz, Selasa (28/10).
Pasokan ke Smelter Gresik Terhenti
Dampak paling nyata dari penghentian aktivitas tambang Freeport adalah terhentinya pasokan konsentrat tembaga ke smelter milik PTFI di Gresik, Jawa Timur.
Situasi ini membuat operasional smelter katoda tembaga di Gresik juga berhenti sementara karena tidak ada bahan baku yang masuk.
“Penghentian ini berdampak pada terhentinya produksi konsentrat yang mengakibatkan operasi Smelter PTFI di Gresik turut berhenti sementara,” tegas Katri.
Penghentian produksi ini berpotensi menekan pasokan tembaga olahan nasional, sekaligus berimbas pada pendapatan ekspor dan rantai industri manufaktur logam dalam negeri.
Dampak Ekonomi Mengintai
Menurut laporan Freeport-McMoRan Inc., induk usaha PTFI yang tercatat di New York Stock Exchange (NYSE), longsoran di GBC menyebabkan kerusakan signifikan pada infrastruktur tambang bawah tanah.
Akibatnya, produksi tembaga dan emas Freeport diperkirakan menurun tajam hingga 35 persen sepanjang 2026 dibandingkan target semula.
Perusahaan menargetkan pemulihan penuh operasi tambang bawah tanah GBC baru bisa tercapai pada 2027, setelah melalui proses perbaikan infrastruktur dan restart bertahap.
“Tingkat operasi sebelum insiden berpotensi dicapai kembali pada 2027,” tulis Freeport-McMoRan dalam keterangannya.
Sementara itu, Big Gossan dan Deep MLZ yang tidak terdampak langsung diperkirakan dapat kembali beroperasi pada pertengahan kuartal IV 2025, sedangkan operasi bertahap di GBC dimulai pada paruh pertama 2026.
Cadangan Besar Terhenti Sementara
GBC sendiri merupakan tambang paling produktif Freeport, mewakili 50 persen dari total cadangan terbukti dan terduga PTFI per 31 Desember 2024, serta sekitar 70 persen dari proyeksi produksi tembaga dan emas hingga 2029.
Penghentian sementara tambang ini berpotensi menimbulkan tekanan terhadap pendapatan negara, mengingat kontribusi royalti dan pajak dari PTFI menjadi salah satu penyumbang terbesar di sektor pertambangan nasional. (red)



