BERITA UTAMAYPMAK

Pengawas Dorong Pokja Kampung Fokus pada Ekonomi Berkelanjutan

57
×

Pengawas Dorong Pokja Kampung Fokus pada Ekonomi Berkelanjutan

Share this article
YPMAK dan Tim Divisi Monev Program Ekonomi saat melakukan monitoring di Kampung Tipuka, Distrik Mimika Timur Jauh.

HARAPAN untuk memperkuat kemandirian ekonomi masyarakat kembali disuarakan oleh Anggota Pengawas Yayasan Pem-berdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK), Samuel Rorimpan­dey, saat melakukan monitoring program kampung di wilayah Amungme dan Kamoro.

Dalam kunjungan kerja yang berlangsung di Kampung Tipuka, Rabu (12/11), Samuel menegaskan pentingnya mengarahkan program-program Kelompok Kerja (Pokja) Kampung pada kegiatan ekonomi yang berkelanjutan dan mampu memberikan manfaat jangka panjang bagi warga.

iklan

Dalam pengelolaan dana kemitraan PT Freeport Indonesia (PTFI), YPMAK melalui program kampung telah menjalankan berbagai kegiatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Namun, Samuel mengingatkan bahwa program yang hanya bersifat sementara atau berhenti setelah kegiatan selesai, tidak cukup untuk menggerakkan roda ekonomi kampung dalam jangka panjang.

Samuel mencontohkan pengadaan perahu di Kampung Tipuka, yang menurutnya memiliki potensi besar jika dikelola secara tepat. “Kalau bisa, itu dikelola dalam bentuk koperasi, sehingga hasil penjualan ikan bisa menjadi sumber penghasilan, dan sisa hasil usaha dapat dibagikan kepada masyarakat,” ujarnya.

Samuel menekankan, pengadaan barang tanpa sistem pengelolaan yang berkelanjutan hanya akan menciptakan aset pasif tanpa dampak ekonomi. Karena itu, ia mendorong Pokja Kampung untuk mulai membangun usaha seperti koperasi, BUMDes, ataupun sektor perkebunan—misalnya penanaman pisang dan komoditas unggulan lain—yang dapat dirancang sebagai pro-gram tahunan.

Menurutnya, skala anggaran yang dikelola Pokja sesungguhnya sangat besar. Di wilayah highland maupun lowland, alokasi program kampung mencapai Rp40 miliar, dengan sekitar Rp36 miliar yang langsung dikelola oleh seluruh Pokja setelah diku-rangi biaya operasional sekitar Rp4 miliar.

“Itu angka yang sangat besar, jadi harus dimanfaatkan dengan baik agar menghasilkan penghasilan berkelanjutan yang bisa dirasakan masyarakat secara terus-menerus,” tegasnya.

Samuel menambahkan, model pengelolaan berbasis koperasi bisa menjadi solusi efektif. Dengan modal awal Rp250 juta saja, koperasi sudah bisa berkembang menjadi unit simpan pinjam atau lembaga yang membeli hasil tangkapan masyarakat untuk kemudian menggerakkan modal usaha baru. Sistem ini akan menciptakan siklus ekonomi yang terus hidup dari tahun ke tahun.

Samuel melihat sejauh ini masih ada kecenderungan program kampung menghabiskan anggaran tanpa kesinambungan. Ka-rena itu, ia menekankan agar perubahan pola pikir dan strategi dapat segera diterapkan. “Kalau sekarang kan terkesan ang-gar­an yang diberikan setiap tahun habis begitu saja, tanpa ada kelanjutan. Ke depan kami berharap program kampung benar-benar bisa menghasilkan dan menyejahterakan masyarakat secara berkelanjutan,” tegasnya.

Ini menggambarkan dorongan kuat dari jajaran pengawas YPMAK agar Pokja Kampung mengambil langkah strategis menuju kemandirian ekonomi yang nyata—bukan hanya menjalankan program, tetapi membangun fondasi ekonomi masa depan masyarakat Amungme dan Kamoro. (ots-1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *