Timika, fajarpapua.com— Pasca kejadian longsor material basah (wet muck) di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC), PT Freeport Indonesia, beredar sebuah video di media sosial yang memperlihatkan kondisi jalur tambang dipenuhi aliran air bercampur lumpur.
Dalam rekaman yang diunggah oleh akun TikTok @TasGrosirTanahAbang , menampilkan genangan material basah yang mengalir deras “seperti sungai” di dalam terowongan tambang.
Rekaman juga memperlihatkan air bercampur lumpur mengalir deras di dalam terowongan, memperkuat gambaran mengenai kondisi medan yang dihadapi para karyawan.
PT Freeport Indonesia sebelumnya memastikan penghentian sementara aktivitas di sektor yang terdampak untuk memprioritaskan keselamatan serta proses evakuasi.
Namun perusahaan belum memberikan tanggapan terkait klaim dalam video yang menyebutkan bahwa “produksi berhenti total”.
Untuk diketahui, insiden longsor terjadi pada Senin, 8 September 2025, sekitar pukul 22.00 WIT.
Aliran material basah dilaporkan berasal dari salah satu panel GBC dan menutup jalur akses operasional, menyebabkan tujuh pekerja terjebak dan ditemukan meninggal dunia.
Hingga kini PT Freeport Indonesia belum mengeluarkan pernyataan terkait video yang beredar, tersebut.
Sementara itu disisi lain portal cnbcindonesia.com memberitakan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah memberikan izin operasional dua area tambang PT Freeport Indonesia (PTFI) masing-masing Big Gossan dan Deep Mill Level Zone (DMLZ) selepas terjadinya insiden longsor di area tambang Grasberg Block Cave (GBC) pada September lalu.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM Tri Winarno mengungkapkan meskipun telah diberikan izin, namun kedua area tambang tersebut belum berproduksi.
“Udah-udah, yang DMLZ dan Big Gossan sudah dikasih izin tapi belum produksi,” kata Tri ditemui di Gedung DPR RI, dikutip Jumat (14/11) lalu.
Meski demikian, Tri menyebut bahwa produksi dari dua area tambang tersebut tidak terlalu signifikan.
Setidaknya, Big Gossan dan Deep Mill Level Zone (DMLZ) diperkirakan hanya mampu menghasilkan 600 ribu ton bijih tembaga per tahun.
“Nggak banyak. Dia cuma 600 ribu per tahun kira-kira gitu. Jadi cuma 30 persen dari total produksi bijih PTFI,” kata Tri.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia berpendapat struktur tambang bawah tanah Freeport sangat luas, sehingga setiap keputusan harus dilakukan dengan hati-hati.
Namun, terdapat area yang tidak terkait dengan insiden longsor dan saat ini sedang dievaluasi untuk diberikan izin.
“Jadi ada dua bagian dan sekarang tim kita masih di sana. Makanya saya belum berani untuk ngomong secara menyeluruh karena timnya kita belum kasih laporan,” kata Bahlil. (mas)
