Timika, fajarpapua.com – Pemerintah Kabupaten Mimika melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) terus mendorong inovasi pengelolaan sampah berbasis nilai ekonomis.
Program terbaru adalah pengembangan Kios Sampah, dimana warga dapat menukar sampah terpilah—seperti botol plastik, kardus, dan kaleng dengan kebutuhan pokok (sembako).
Asisten I Setda Mimika Ananias Faot dalam arahannya menyatakan, persoalan sampah di Mimika kini menjadi tantangan serius. Produksi sampah harian telah menembus angka 100 ton per-hari, sementara kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) semakin terbatas.
“Lahan TPA sudah tersisa hanya sekitar empat hektare. Selama ini kita hanya kumpul, angkut, buang, tanpa proses. Karena itu pola lama harus diubah. Kita mulai memilah sampah dari rumah,” ujar Ananias.
Ia menjelaskan, melalui sistem baru ini warga cukup mengumpulkan sampah bernilai ekonomis di rumah, lalu membawanya ke kios sampah. Sampah tersebut akan ditimbang dan ditukar dengan sembako yang dibutuhkan masyarakat setiap hari.
“Strateginya sederhana tapi berdampak. Kalau semua warga konsisten memilah dari rumah, hasilnya besar bagi lingkungan dan ekonomi keluarga,” jelasnya.
DLH menargetkan 22 ton sampah aktif dapat terkelola pada tahun berjalan melalui 2.200 nasabah yang tersebar di kampung dan kelurahan. Sistem operasional akan disatukan dengan edukasi lapangan serta digitalisasi agar layanan kios sampah lebih transparan dan teratur.
“Kami terapkan mekanisme sehat, harga jelas, stok sembako aman, dan seluruh pencatatan dibuat rapi serta berkelanjutan,” tambahnya.
Plt Kepala DLH Mimika, Jefri Deda, mengatakan, persoalan terbesar dalam pengelolaan sampah adalah minimnya kesadaran masyarakat untuk memilah sampah sejak dari rumah.
Dalam pelaksanaannya, hingga kini sudah berjalan di 11 kelurahan di Distrik Wania dan terus diperluas ke distrik lainnya.
“Program ini sebenarnya program nasional. Di Mimika kita melakukan berbagai inovasi agar pengelolaan sampah bisa bernilai ekonomis bagi masyarakat,” kata Jefri.
Ia mencontohkan perbedaan dua model yang kini berjalan di Mimika Baru, sistem bank sampah menukar sampah dengan uang yang disimpan melalui bank.
Kemudian Wania, kios sampah menukar sampah dengan sembako.
“Metodenya berbeda, tapi tujuannya sama: memberi nilai tambah dari sampah,” ucapnya.
Selain menekan volume sampah, program ini juga membuka kesempatan kerja baru ditingkat kelurahan dan kampung.
“Melalui bank sampah, ada tenaga kerja lokal yang terlibat. Ini bisa menjadi nilai tambah untuk meningkatkan ekonomi masyarakat,” jelasnya.
Jefri menekankan, edukasi harus dilakukan secara berkesinambungan. Tanpa perubahan perilaku, program tidak akan bertahan lama.
“Kesadaran masyarakat adalah kuncinya. Edukasi harus terus menerus, dari sekolah, rumah ibadah, RT/RW, sampai kelurahan,” ujarnya.
Pemerintah kabupaten, sebutnya, terus mendukung inovasi pengelolaan sampah ditingkat distrik dan kelurahan.
“Kita memang baru mulai, tetapi dengan niat baik dan kerja sama yang solid, masyarakat akan merasakan langsung manfaat program ini,” pungkasnya. (moa)
