BERITA UTAMAYPMAK

Freeport Apresiasi Generasi Muda dari Suku Amungme dan Kamoro Raih Gelar Dokter Melalui Beasiswa YPMAK

452
×

Freeport Apresiasi Generasi Muda dari Suku Amungme dan Kamoro Raih Gelar Dokter Melalui Beasiswa YPMAK

Share this article
dr. Sephia Chrisilla Jangkup dari Suku Amungme, penerima beasiswa pendidikan PTFI melalui YPMAK meraih gelar dokter dari Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Indonesia.

Timika, fajarpapua.com – PT Freeport Indonesia (PTFI) terus mendukung pendidikan anak-anak Papua melalui beasiswa yang dikelola Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK). Tahun ini, tiga generasi muda Papua asal suku Amungme dan Kamoro penerima beasiswa resmi menyandang gelar dokter setelah menyelesaikan pendidikan kedokteran di universitas pilihan mereka.

“Kami mengapresiasi pencapaian ketiga anak penerima beasiswa PTFI ini. Mereka membuktikan kerja keras, kedisiplinan, ketekunan, sikap adaptif, serta kegigihan dalam belajar telah mengantarkan mereka meraih cita-cita. Freeport Indonesia melalui program beasiswa turut bangga dapat menjadi bagian dari langkah besar anak-anak Papua terus berprestasi di tingkat nasional dan global,” kata Director & Executive Vice President Sustainable Development PTFI Claus Wamafma, di Timika, Sabtu.

iklan

Ketiga dokter tersebut adalah dr. Thalia Thomas Karupukaro sebagai dokter perempuan pertama dari Suku Kamoro, dr. Christanto Beanal sebagai dokter pria pertama dari Suku Amungme dan dr. Sephia Jangkup sebagai dokter perempuan pertama dari Suku Amungme.

Claus mengatakan, program beasiswa PTFI yang dikelola melalui YPMAK merupakan realisasi komitmen perusahaan dalam mendukung pendidikan anak-anak Papua. Kolaborasi PTFI dan YPMAK bersama pemerintah akan terus mendorong pengembangan pendidikan bagi generasi muda Papua dalam menggapai cita-cita mereka.

Program beasiswa YPMAK telah berlangsung sejak 1996. Hampir 30 tahun program ini berjalan dengan dukungan penuh dari PTFI sebagai bagian dari komitmen perusahaan terhadap pembangunan berkelanjutan dan pemberdayaan masyarakat lokal.

Kontribusi investasi sosial PTFI difokuskan pada pendidikan, kesehatan, ekonomi dan infrastruktur, dengan prioritas pada peningkatan kapasitas sumber daya manusia Papua. Penerima manfaat merupakan masyarakat Suku Amungme dan Kamoro serta lima suku kekerabatan lainnya di sekitar wilayah operasional PTFI.

Ketua Pengurus YPMAK Leonardus Tumuka menyampaikan, ketiga dokter tersebut telah menunjukkan pencapaian luar biasa. “Kami akan siapkan sumber daya manusia yang kuat melalui dana kemitraan dari PT Freeport Indonesia untuk menghasilkan masyarakat yang lebih berkualitas, yang pada akhirnya mereka bisa menciptakan sesuatu yang bisa membantu masyarakatnya sendiri,” kata Leo.

Thalia mendapatkan beasiswa sejak 2013 ketika masih duduk di bangku SMP di Tomohon, Sulawesi Utara hingga menyelesaikan pendidikan kedokteran di Universitas Atma Jaya. Selama 12 tahun mengikuti program beasiswa, ia melalui perjalanan emosional, akademik dan spiritual yang membentuk dirinya menjadi pribadi tangguh.

Ada dua momen yang paling membanggakan. Pertama, ketika ia terpilih sebagai salah satu wakil Sulawesi Utara untuk mengikuti lomba nasional bidang geosains di Padang. “Saya bangga karena salah satu anak Papua bisa mewakili bidang geologi di tingkat nasional,” kata Thalia.

Momen kedua terjadi ketika seorang pasien kembali untuk mengucapkan terima kasih. “Sesederhana itu, tetapi sangat membanggakan. Saya merasa benar-benar bermanfaat,” katanya.

Thalia yang lulus pada 4 November 2025 menegaskan keinginannya menjadi dokter muncul dari kondisi masyarakat yang masih sulit mengakses layanan kesehatan. Dengan adanya beasiswa PTFI, jalannya menuju cita-cita menjadi terbuka. “Beasiswa ini sangat berpengaruh dan bisa menjadi pintu bagi semua generasi muda Papua untuk meraih mimpi yang lebih besar. Saya memilih menjadi dokter karena saya tahu persis bagaimana susahnya layanan kesehatan di Papua. Saya ingin menjadi solusi dari masalah ini,” kata Thalia.

Dua dokter lainnya, dr. Christanto Beanal menyelesaikan pendidikan kedokteran di Unika Atma Jaya dan kini menempuh program S2 Manajemen Rumah Sakit di Universitas Pelita Harapan (UPH), Tangerang, Banten. Ia merupakan penerima beasiswa sejak S1 hingga S2. “YPMAK menyediakan support system yang sangat berarti. Kami bisa berkonsultasi dengan kakak-kakak pembina, bukan hanya soal administrasi tetapi juga dukungan psikis dan emosional,” katanya.

Menurutnya, tantangan terbesar dalam pendidikan kedokteran bukan hanya materi akademik, tetapi kebutuhan akan support system yang kuat. “Struggling di pendidikan kedokteran itu bukan cuma soal belajar, tapi tentang punya teman-teman sebaya yang mengerti perjuangannya. Kami saling mendukung, saling menguatkan,” ujarnya.

Sementara dr. Sephia Jangkup yang lulus pada awal 2025 dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta, menerima beasiswa sejak SMP hingga berhasil meraih gelar dokter. Kini ia menjalani program internship di RSUD Mimika. “Saya bangga bisa menunjukkan anak-anak dari Timika, khususnya dari Suku Amungme dan Kamoro, bisa menjadi dokter,” katanya.

Perjalanan ketiga dokter muda ini menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya di kampung halaman mereka. (ron)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *