BERITA UTAMA

Tragedi Ibu Hamil di Papua, Nyawa Melayang Akibat Pelayanan Buruk, Gubernur Fakhiri Geram

80
×

Tragedi Ibu Hamil di Papua, Nyawa Melayang Akibat Pelayanan Buruk, Gubernur Fakhiri Geram

Share this article

Jayapura, fajarpapua.com—Kematian seorang ibu hamil dan bayi yang dikandungnya di Kampung Hobong Distrik Sentani Kabupaten Jayapura menjadi duka mendalam sekaligus tamparan keras untuk dunia pelayanan kesehatan Papua. Irene Sokoy dan bayinya meninggal pada Senin (17/11) sekitar pukul 05.00 WIT setelah bolak-balik ditolak di sejumlah rumah sakit di Kabupaten dan Kota Jayapura.

Kepala Kampung Hobong Abraham Kabey yang juga mertua almarhumah menuturkan peristiwa memilukan tersebut kepada Gubernur Papua Matius D. Fakhiri saat bertemu di dermaga perahu Jembatan Kuning Sentani Jumat (21/11/2025) malam.

iklan

“Apa yang keluarga kami alami sangat menyakitkan. Kami dari kampung datang minta pertolongan medis tapi tidak dapat pelayanan yang baik,” ujar Abraham Kabey.

Ia mengatakan Minggu (16/11) siang Irene yang sedang mengandung anak ketiga mulai merasakan kontraksi di Kensio Kampung Hobong sehingga keluarga membawa almarhumah menggunakan speedboat menuju RSUD Yowari.

Selama di RSUD Yowari kondisi Irene semakin memburuk. Ia mengalami sesak napas dan bayi yang dikandung tidak lahir-lahir akibat kondisi tubuh yang terlalu besar. Namun, tidak ada tindakan medis karena dokter tidak berada di tempat.

Menjelang tengah malam keluarga meminta surat rujukan tetapi prosesnya berlarut-larut. “Pelayanan sangat lama, hampir jam 12 malam surat belum juga dibuat,” katanya dan menyampaikan ambulans baru tiba sekitar pukul 01.22 WIT.

Rujukan pertama membawa keluarga ke RS Dian Harapan Waena tetapi lagi-lagi mereka ditolak dan hanya diberikan ruangan gelap serta panas. Menurut keluarga, tidak ada koordinasi antara RSUD Yowari dan rumah sakit rujukan.

Penolakan kembali terjadi di RSUD Abepura. “RS Abepura lebih parah. Tidak ada tanggapan, bahkan sempat terjadi keributan antara keluarga dan perawat karena tidak ada dokter,” jelas Abraham.

Saat kondisi Irene kritis, keluarga menuju RS Bhayangkara Kotaraja. Dokter dan perawat sempat melihat pasien tetapi pelayanan tertahan karena alasan kamar BPJS penuh dan yang kosong hanya VIP sehingga keluarga diminta membayar uang muka Rp4 juta.

Karena tidak mampu membayar dan permintaan penanganan medis terlebih dahulu ditolak, dokter memberikan rujukan ke RSUD Jayapura. Ambulans meninggalkan RS Bhayangkara sekitar pukul 03.30 WIT.

Namun di kawasan Entrop kondisi Irene memburuk, mulut berbusa dan napas tersengal. Keluarga kembali ke RS Bhayangkara tetapi tiba pukul 05.00 WIT almarhumah dan bayinya sudah tidak tertolong.

“Kami menyesal dengan tindakan para petugas yang tidak ada rasa kemanusiaan hingga dua nyawa melayang,” ujar Abraham.

Suami almarhumah Neil Kabey mengatakan, “Kalau saat itu di RSUD Yowari ada dokter, saya yakin istri dan anak saya masih hidup. Kenapa tidak ada dokter pengganti jika dokter tidak ada.”

Gubernur Papua Matius D. Fakhiri yang hadir bersama Ny Eva Fakhiri, Penjabat Sekda Papua Christian Sohilaet, Plt Kadinkes Papua Arry Pongtiku, Kadinkes Kabupaten Jayapura Anton Tony Mote dan perangkat kampung menyampaikan permohonan maaf serta duka mendalam.

“Saya baru mau memulai tetapi Tuhan sudah menunjukkan kebobrokan pelayanan kesehatan di Papua. Saya mohon maaf atas kejadian dan kebodohan jajaran pemerintah dari atas sampai bawah. Ini kebodohan luar biasa,” tegas Fakhiri.

Ia berjanji melakukan evaluasi total dan memastikan semua direktur RS di bawah pemerintah provinsi akan diganti. Banyak peralatan medis rusak karena diabaikan.

“Saya sudah minta ke Menteri Kesehatan untuk memperbaiki pelayanan. Saya pastikan sekat-sekat yang merusak pelayanan akan dibersihkan,” ujarnya.

Peristiwa ini menurutnya menjadi pelajaran penting bagi pemerintah untuk menghadirkan layanan kesehatan yang prima. Semua direktur RS pemerintah maupun swasta akan dipanggil demi menyatukan visi pelayanan.

“Layani dulu pasien baru urusan yang lain. Ini akan saya sampaikan ulang ke semua direktur RS dan kepala dinas kesehatan,” katanya.

“Sebagai gubernur saya tidak malu untuk menyampaikan permohonan maaf. Ini pembelajaran sangat berharga bagi kami pemerintah,” ujarnya. (hsb)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *