Timika, fajarpapua.com – PT Freeport Indonesia (PTFI) terus memperkuat sumber daya manusia (SDM) Papua yang terampil dan siap kerja melalui pengembangan pendidikan vokasi di Institut Pertambangan Nemangkawi (IPN), pusat pelatihan yang berada di Kabupaten Mimika, Papua Tengah.
”Investasi di sektor pendidikan merupakan bagian strategis dalam investasi sosial perusahaan. Fokus kami untuk memastikan generasi muda Papua mendapatkan keterampilan nyata yang dapat dipakai untuk bekerja dan membangun karier,” kata Senior Vice President (SVP) Community Development PTFI Nathan Kum mengatakan, Senin (24/11).
Nathan menjelaskan PTFI mengembangkan berbagai program pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, termasuk sekolah vokasi seperti IPN dan beasiswa lanjutan.
”Tujuan kami adalah menyiapkan generasi Papua yang terampil, siap kerja, dan mampu bersaing di tingkat nasional maupun global,” kata Nathan.
IPN merupakan lembaga pendidikan vokasi non-formal yang dirancang agar generasi muda Papua memiliki kemampuan teknis dan disiplin kerja yang dibutuhkan di dunia industri, terutama sektor pertambangan. Harapannya, lulusan IPN dapat langsung mengaplikasikan ilmunya untuk membangun karier, berintegritas, dan berperan penting di berbagai bidang profesional.
Nathan mengatakan sejak didirikan pada 2003, IPN yang berlokasi di Kabupaten Mimika terus berkembang menjadi pusat pelatihan vokasi berkelas industri dengan pelatihan berbasis kompetensi kerja khusus dan berbagai program pengembangan SDM lainnya.
”Beragam program yang kami jalankan membentuk sebuah ekosistem pendidikan yang terintegrasi, mulai dari pelatihan di kelas hingga pengalaman langsung di lapangan. Pendekatan ini memastikan mereka bisa terus meningkatkan kemampuan mereka dari waktu ke waktu,” kata Nathan.
Sejak berdiri pada 2003, lebih dari 4.000 siswa telah mengikuti pelatihan di IPN. Sekitar 90 persen merupakan Orang Asli Papua (OAP) dan saat ini, 71 persen lulusan sudah bekerja di PTFI maupun perusahaan kontraktor.
Salah satu alumni IPN, Isai Kum bercerita, ia mengikuti program Apprentice sebagai Operator Haul Truck (HE-Operator). Setelah menjalani pelatihan intensif dan program internship di area operasi PTFI, pemuda asal Suku Amungme ini kini bekerja sebagai karyawan tetap.
“Di IPN, saya tidak hanya belajar teknik, tetapi juga disiplin, keselamatan kerja, dan kerja sama tim. Program magang membuat saya merasakan langsung dunia kerja di tambang. Saya bangga bisa kembali bekerja di tanah kelahiran saya dan ikut membangun Papua lewat pekerjaan ini,” kata Isai Kum.
Peserta Program Pelatihan IPN lainnya, Sri Ningsih W. Watora yang mengambil jurusan Electrician, menceritakan IPN membuka pintu baginya dan perempuan lain untuk berkarier di industri yang sebelumnya terasa jauh.
“Sertifikasi, pengalaman praktik, dan bimbingan instruktur membuat saya percaya diri bersaing di perusahaan mana pun. Saya selalu bilang ke adik-adik di kampung, kalau mau serius, IPN adalah salah satu jalan terbaik untuk mengubah masa depan,” ujarnya.
Pada 2024, sebanyak 289 peserta terpilih mengikuti Program Pelatihan Siswa (Apprentice) setelah melalui seleksi ketat dari 4.938 pendaftar. Sebanyak 82 orang berasal dari Suku Amungme, 96 orang dari Suku Kamoro, dan sisanya dari lima suku kekerabatan lainnya. Dari total jumlah peserta, 70 di antaranya adalah perempuan.
”Ini adalah komitmen IPN dalam keberpihakan kepada masyarakat asli daerah dan inklusivitas gender,” kata Nathan.
Program pelatihan di IPN terdiri dari Pelatihan Mekanikal serta Pelatihan Operator Alat Berat dan Pekerja Tambang Bawah Tanah (Miner). Pelatihan Mekanikal dibagi menjadi empat keterampilan yakni Kelistrikan, Pengelasan, Mekanik Alat Berat, dan Mekanik Pabrik.
Selain pelatihan teknis, IPN juga memberikan pelatihan kewirausahaan bagi anak muda Papua melalui Papuan Bridge Program Youth Entrepreneurship (PBP YET).
”Melalui program ini, anak-anak muda Papua belajar menciptakan peluang usaha, inovasi bisnis, dan kemandirian ekonomi melalui pelatihan, pendampingan, dan akses terhadap sumber daya,” kata Nathan. (ron)
