BERITA UTAMA

Renungan Hari Ibu 2025: Rindu yang Abadi, Harapan yang Tak Sempat Terwujud, dan Doa bagi Istri serta Anak Perempuanku

38
×

Renungan Hari Ibu 2025: Rindu yang Abadi, Harapan yang Tak Sempat Terwujud, dan Doa bagi Istri serta Anak Perempuanku

Share this article

Penulis: Mustofa
(Redaktur fajarpapua.com)

HARI INI 22 DESEMBER 2025, ya benar hari ini setiap kita memperingati Hari Ibu… Mother Day… atau apalah.

iklan

Tapi satu yang pasti, Hari Ibu selalu datang membawa perasaan yang tak sederhana.

Bagi sebagian orang, Hari Ibu adalah perayaan penuh senyum dan pelukan.

Namun bagi mereka yang telah kehilangan ibu, Hari Ibu adalah ruang sunyi—tempat rindu, kenangan, dan doa bertemu dalam diam.

Seperti halnya diriku! Kehilangan ibu adalah kehilangan yang tidak pernah benar-benar selesai.

Waktu boleh berlalu, luka boleh mengering, tetapi rindu terhadap sosok wanita yang telah mempertaruhkan nyawanya sejak detik pertama bahkan sebelum kita keluar dari rahimnya tidak pernah benar-benar pergi.

Ibu bagiku selalu hadir dalam momen-momen kecil: ketika lelah, ketika ingin bercerita, atau ketika hidup terasa terlalu berat untuk dipikul sendiri.

Pada saat-saat seperti itulah, kita merindukan satu sosok yang dulu selalu tahu cara menenangkan tanpa banyak kata. Ibu!

Lebih dari kehilangan sosok, kita juga kehilangan masa depan yang pernah kita bayangkan bersama ibu.

Ada begitu banyak harapan yang dulu tumbuh perlahan—membahagiakannya, merawatnya di masa tua, mengajaknya menikmati hasil jerih payah kita, atau sekadar menghabiskan waktu lebih lama bersamanya.

Semua itu kini menjadi harapan yang belum dan tak pernah terwujud.

Ada kalimat-kalimat yang tertinggal di dada: permintaan maaf yang tak sempat diucapkan, rasa terima kasih yang tak sempat disampaikan, dan kebanggaan yang ingin kita perlihatkan.

Hari Ibu menjadi pengingat bahwa cinta sering kali baru kita pahami sepenuhnya ketika kesempatan telah berlalu.

Namun di balik rindu dan harapan yang tertunda, tumbuh kesadaran yang menenangkan: cinta ibu tidak ikut pergi bersamanya.

Ia hidup dan berlanjut dalam diri kita, dalam cara kita mencintai, menjaga, dan bertanggung jawab kepada keluarga yang kini ada di sisi kita.

Di titik inilah rindu kepada ibu bertemu dengan harapan baru—harapan bagi para perempuan hebat yang Tuhan titipkan hari ini: istri dan anak perempuan.

Kepada istriku, engkau adalah lanjutan dari kekuatan seorang ibu. Dalam kesabaranmu, dalam caramu merawat dan mencintai keluarga, aku melihat pantulan kasih yang dulu kuterima dari ibuku.

Semoga engkau selalu dikuatkan, dihargai, dan dicintai dengan tulus, karena peranmu bukan hanya menemani, tetapi menopang kehidupan dengan cinta yang tak terlihat namun sangat nyata.

Dan kepada anak perempuanku, engkau adalah masa depan yang tumbuh dari cinta masa lalu.

Semoga engkau kelak menjadi perempuan yang kuat tanpa kehilangan kelembutan, berani tanpa meninggalkan kasih, dan bijaksana tanpa melupakan kerendahan hati.

Semoga engkau tumbuh dengan keyakinan bahwa dirimu berharga, dicintai, dan layak meraih mimpi-mimpimu.

Hari Ibu hari ini bukan hanya tentang mengenang mereka yang telah pergi, tetapi juga tentang merawat mereka yang masih bersama kita.

Tentang belajar mencintai dengan lebih hadir, lebih sabar, dan lebih sadar—agar tidak mengulang penyesalan yang sama.

Mungkin aku tidak sempat mewujudkan semua harapanku untuk ibuku. Namun melalui istriku dan anak perempuanku, aku ingin meneruskan cinta itu.

Menjadi pribadi yang lebih baik, pasangan yang lebih peduli, dan orang tua yang lebih hadir—sebagai cara sederhana untuk menghormati ibu yang telah berpulang.

Selamat Hari Ibu.
Untuk ibuku di keabadian, terima kasih atas cinta dan harapan yang kau titipkan.

Untuk istriku, terima kasih telah menjadi perempuan hebat dalam hidupku.

Dan untuk anak perempuanku, semoga langkahmu selalu disertai doa, cinta, dan harapan yang tidak pernah putus. Aaminnn. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *