Timika, fajarpapua.com – Persatuan seluruh Gereja Timika menggelar aksi tolak program transmigrasi di tanah Papua. Aksi tersebut dilakukan di halaman gereja Kingmi Jemaat Bahtera di jalan C Heatubun Timika, Jumat (15/11)
Aksi penolakan transmigrasi dilakukan dengan menggelar doa bersama dengan tema “Papua Tanah Injil, Papua Tidak Ada Tanah Kosong, Papua Diisi oleh Masyarakat Tujuh Wilayah Adat”.
Selain dihadiri perwakilan gereja-gereja, aksi tersebut juga dihadiri tokoh adat dan warga dari wilayah adat Bomberai dan Anim Ha.
Ketua Biro Keadilan dan Perdamaian Gereja KINGMI Klasis Mimika Beny Kayame mengatakan, pimpinan Dewan Gereja se-Papua menolak program transmigrasi, karena sampai saat ini masyarakat Papua masih dalam keadaan trauma dan merasakan kehilangan hak hidup.
“Karena itu, Biro Perdamaian Gereja Kingmi Sinode Tanah Papua Klasis Mimika juga sangat mendukung itu,” katanya.
Sementara perwakilan Gereja GIDI, Pinas Imirin mengatakan, tanah Papua bukan tanah kosong, maka mewakili pemuda GIDI, pihaknya menolak program transmigrasi yang akan dilakukan di tanah Papua.
“Dengan program ini, maka warga yang datang akan hidup dengan layak, karena selain tanah, juga telah disediakan fasilitas rumah dan lainnya, sedangkan kita yang OAP mau kemana?” ungkapnya.
Kemudian perwakilan Perempuan suku Amungme, Damaris Onawame menegaskan, tujuh wilayah adat di Papua bukan tanah kosong. Program transmigrasi yang akan dibuat kembali menghantui OAP yang belum pulih dari trauma tahun 1960 lalu.
“Jangan hantui kami lagi, jangan lupa, kami masih trauma dengan peristiwa tahun 1960 lalu. Selaku perempuan Amungme menolak dengan tegas program transmigrasi tersebut,” ungkapnya.(ron)