Bogor, Fajarpapua.com – Kasus terjadinya kebocoran data menimpa situs raksasa tampaknya belum usai, kali ini giliran Facebook.com yang harus mengakui terjadinya kebocoran data pada platformnya.
Di Indonesia sendiri kasus kebocoran data sempat menimpa beberapa e-commerce yang populer di tanah air. Seperti yang terjadi pada situs Tokopedia.com dan Bukalapak.com yang lalu, hal ini pun mendapatkan respons yang bermacam-macam dari para penggunanya.
Lalu apa yang terjadi pada Facebook.com hingga dikabarkan terdapat sekitar 500 juta lebih data yang dimilikinya telah bocor? Data-data tersebut antara lain nomor Telephone, alamat email, hingga identitas lainnya yang pernah di unggah pada Facebook.
Kasus Kebocoran Data Menimpa Facebook, Benarkah?
Sebuah platform media sosial besar seperti Facebook tampaknya bukan jaminan untuk keamanan data yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Informasi terkait kebocoran data menimpa Facebook ini mencuat melalui cuitan akun Twitter @UnderTheBreach. Namun setelah tim Fajarpapua.com menelusuri dan menggali informasi tersebut, ternyata cuitan tersebut terkait kebocoran data yang dialami Facebook pada 2019 yang lalu.
Kendati demikian kasus kebocoran data yang terjadi pada 2019 bukanlah kali pertama dialami oleh Facebook.com. Tercatat pada tahun 2016, Facebook juga mengalami kebocoran data yang di “perkirakan” dipergunakan untuk kebutuhan kampanye Donald Trump seperti yang di ungkap oleh The Guardian dan The New York Times pada tahun 2018.
Terkait privacy data, Facebook tampaknya tidak lepas dari berbagai polemik keamanan dan privacy data yang dimilikinya. Seperti yang disebutkan oleh Brian Acton bahwa Motif untuk profit kapitalis atau menjawab Wall Street, itulah yang mendorong invasi data pribadi dan banyak muncul hal negatif yang tidak kita senangi.
Belum lagi perihal polemik kebijakan yang di keluarkan oleh Facebook terutama untuk pengguna WhatsApp yang cukup menuai kontroversi di penghujung tahun 2020 kemarin.
“Perusahaan sebesar Facebook setidaknya harus lebih mementingkan perihal privacy penggunanya dibandingkan mengutamakan meraup keuntungan yang besar.” Ujar Acton sesaat setelah dirinya berpisah dengan Facebook.
Keamanan data memang sangat rentan karena setiap adanya pembaharuan atau update, justru saat itu pembobol (Blackhat Hacker) sudah bersiap dengan senjata terbarunya untuk mendapatkan keuntungan dari kelalaian keamanan yang dimiliki oleh sebuah situs.
Pencurian data atau kebocoran data menimpa situs besar bukan satu-satunya penyebab terjadinya penyalahgunaan data yang kita miliki. Seperti yang di sampaikan oleh salah satu mantan (Whitehat Hacker) yang sempat masuk ke sistem republik Online dan tempo Online 2 dekade lalu, bahwa prilaku dari pengguna browser yang kurang teliti saat memasukan berbagai informasi di internet juga menjadi penyumbang terjadinya penyalahgunaan data pribadi.
“Pencurian data bisa berupa hal yang sederhana seperti mengisi formulir Google Form yang di “sangka” merupakan formulir BLT, Halaman Phising/palsu Facebook hingga adanya aktivitas virus/malware di dalam komputernya karena penggunaan software illegal” ujarnya yang enggan disebutkan nickname maupun inisial namanya kepada tim Fajarpapua.com