Timika, fajarpapua.com – Meski menyandang status kota dollar, tidak semua warga Timika hidup dalam keberuntungan. Masih banyak juga warga yang tinggal di rumah kumuh, dengan kondisi ekonomi yang berkekurangan.
Suratman dan Robika misalnya. Warga transmigran tahun 1991 yang kini tinggal di SP 4 itu hidup dari berjualan kerupuk seharga Rp 500 per keping. Meski sudah umur, pasangan opa oma itu tetap berusaha keras bertahan hidup.
Begitu juga Fatima, janda yang kini menjadi kuli cuci. Dia harus banting tulang seorang diri untuk menghidupi dirinya dan anak-anaknya.
Banyak lagi warga lain yang hidup tidak seberuntung mereka yang berkecukupan. Bahkan ada janda tua yang sakit-sakitan hidup sebatang kara, makan mengharapkan belaskasihan tetangga. Mereka itu sudah puluhan tahun tinggal di Timika.
Nah, menyambut bulan suci ramadhan 1443 Hijriyah, Wakil Bupati Mimika, Johannes Rettob S.Sos. MM bersama Relawan Mimika Papua (RMP) menyalurkan bantuan paket sembako dan uang tunai kepada warga muslim yang kurang mampu Jumat, (1/4/22).
Hal itu dilakukan Wabup JR mengingat waktu pelaksanaan ibadah puasa tinggal menghitung jam umat muslim di seluruh dunia tanpa terkecuali kabupaten Mimika bakal menunaikan salah satu rukun Islam yang ketiga (Puasa-red).
Bantuan paket sembako yang dibagikan menyasar anak yatim, lansia, dan kaum dhuafa dilakukan semata-mata sebagai bentuk dari kepedulian Wabup JR kepada warga yang kurang mampu.
Dari data Relawan Mimika Papua, tercatat dari hasil assessment itulah yang menjadi sasaran Wabup.
“Kami dan keluarga mencoba membantu dalam rangka persiapan sahur dan buka puasa. Ada bahan makanan dan minuman. Sekaligus saya ingin melihat langsung keadaan warga Timika,” ujar wabup JR.
Baru menyambangi warga di beberapa titik, ia mengaku kaget menyaksikan langsung bagaimana situasi hidup warga di jantung Kota Timika.
Bagaimana tidak, Timika yang disebut kota emas atau sebutan lain yang menonjolkan kekuatan ekonominya tapi faktanya banyak warga berekonomi lemah, (dhuafa).
“Saya cukup kaget melihat ada situasi begini. Ini di depan mata kita. Ternyata Timika yang dibilang kota dollar, kaya raya, yang dibilang APBD-nya nomor dua di Indonesia, tapi ternyata warganya seperti ini,” ungkapnya.
Sesuai KTP, mereka tercatat sebagai warga Mimika. Bahkan sebagian besar sudah mencari nafkah puluhan tahun di Timika.
Meski harus hidup seadanya bahkan berkekurangan, para duafa ini sudah terlanjur mencintai Mimika. Mereka bertahan dan tak lagi ingin pulang ke kampung asalnya karena mereka sangat cinta tanah ini.
Bahkan, ada seorang lansia ketika berbincang dengan Wabup, Ia mengungkapkan bahwa pernah pulang ke kampung halamanya, namun disana (Kampung) terasa asing sehingga baginya Timika adalah kota yang tidak bisa ditinggalkan.
“Saya tanya, mencintai Mimika? Mereka sangat mencintai Mimika. Mereka tak lagi mau pulang ke kampung halamannya. Artinya, mereka mencintai Mimika, maka pemerintah wajib memperhatikan,” tutup John Rettob.
“Kita bagikan sedikit rejeki karena kita menginginkan mereka menyambut ramadhan dalam kegembiraan,” paparnya.(isa)