BERITA UTAMAMIMIKA

Hanya Setahun, 12 Ribu Warga Mimika Jalani Pemeriksaan TBC, 2.235 Orang Sudah Diobati

cropped 895e2990 d422 4061 9705 e533253f1607.jpg
3
×

Hanya Setahun, 12 Ribu Warga Mimika Jalani Pemeriksaan TBC, 2.235 Orang Sudah Diobati

Share this article
a783a4cf c467 4161 9c90 531255415436
Plt Sekda Mimika Petrus Yumte saat membuka kegiatan

Timika, fajarpapua.com – Pemerintah Kabupaten Mimika melalui Dinas Kesehatan memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia tahun 2023 di bilangan Jalan Hasanuddin Timika, Selasa (11/4).

Kegiatan tersebut dihadiri stakeholder, Forkopimda, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Wakil Aktivis, hingga pegiat TBC.

Ads

Kepala Seksi Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika Kamaludin mengatakan di Kabupaten Mimika sendiri masih sangat banyak penyakit menular TBC dan berbagai variasi.

Dengan demikian melalui forum itu terdapat Program TBC dengan tujuan eliminasi di tahun 2030 menjadikan angka turun 65 per seratus ribu penduduk.

“Program TBC ada tujuan dengan eliminasi di tahun 2030 maka selama 6 tahun kedepan angka TBC harus menjadi 65 per 100 ribu penduduk. Dan angka kematian 6 per 100 ribu penduduk,” ujar Kamaludin.

Dikatakan, angka TBC di Mimika dua kali lipat dari angka nasional, di Mimika angka kejadian TBC sebesar 700 per 100 ribu penduduk. “Dan ini akan kita turunkan menjadi 65 per 100 ribu penduduk. Ini adalah pekerjaan yang sangat berat,” ucapnya.

“Dan pada tahun 2022 telah berhasil melakukan pemeriksaan TBC kepada 12 ribu orang dan merupakan pencapaian pemeriksaan orang tertinggi sepanjang tahun 2014 – 2022,” tambahnya.

Tak hanya itu, terdapat 2.235 orang telah terobati sepanjang tahun 2022.

Selanjutnya Pj Sekda Kabupaten Mimika Petrus Yumte dalam sambutannya mewakili Plt Bupati Mimika sekaligus membuka secara resmi peringatan hari TBC mengatakan penanggulangan TBC bukan hanya tanggung jawab sektor kesehatan saja tetapi tanggung jawab semua sektor dan setiap individu yang ada.

“Untuk itu momentum peringatan hari TB sedunia diharapkan benar-benar mendorong dan meningkatkan peran serta dan dukungan masyarakat dalam program penanggulangan TBC. seluruh lapisan masyarakat, segenap jajaran lintas-sektor serta semua pemangku kepentingan diharapkan mendukung program penanggulangan TBC dan menempatkan TBC sebagai masalah yang harus diselesaikan bersama,” kata Petrus.

Lanjut Petrus, Kabupaten Mimika merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Papua Tengah dengan beban TBC yang tertinggi, hal ini mengindikasikan bahwa penyakit TBC memang telah berkembang di masyarakat, hampir disemua fasilitas kesehatan yang terdapat diperkotaan maupun di distrik dan kampung secara pasif maupun aktif telah menemukan penyakit ini.

“Angka keberhasilan pengobatan kita baru mencapai 76% dan belum mencapai angka yang diharapkan yakni 90%, angka putus pengobatan juga masih tinggi. Hal tersebut menunjukan kepada kita bahwa program penanggulangan TBC di Kabupaten Mimika masih perlu mendapat dukungan dari semua pihak,” kata dia.

Menurutnya ada beberapa hal yang masih perlu dilakukan untuk meningkatkan pelayanan TBC serta mempercepat eliminasi TBC di Mimika yakni perlunya komitmen pelaksana pelayanan, pengambil kebijakan, dan pendanaan untuk operasional, bahan serta sarana prasarana.

“Selain itu juga pentingnya keterlibatan lintas program dan lintas sektor dalam penanggulangan TBC dan memastikan masyarakat dapat mengakses layanan TBC khususnya di daerah terpencil, lokasi permukiman padat seperti asrama, barak dan lapas/rutan,” jelasnya.

“Tersedianya tenaga terlatih serta menerapkan layanan TBC dengan strategi dots. dilakukan pemantauan pengobatan serta dilakukan pencatatan dan pelaporan. Melakukan intervensi terhadap faktor kesehatan lain yang bisa berpengaruh terhadap risiko terjadinya TBC secara signifikan seperti hiv, gizi buruk, diabetes mellitus, merokok, serta semua keadaan yang menyebabkan penurunan daya tahan tubuh,” paparnya.

Selain itu juga, kata Petrus, harus mengobati pasien sesuai standar guna mencegah terjadinya kekebalan ganda kuman TBC terhadap obat anti TBC (Tb-ro).

Pada kesempatan itu juga mengimbau kepada seluruh lapisan masyarakat, sektor terkait dan kalangan swasta dan dunia usaha serta yang paling penting adalah pemerintah kampung agar dapat berpartisipasi untuk sama-sama membentuk dan membiayai kader TBC kampung yang dapat digerakkan sebagai pendamping minum obat agar menekan terjadinya putus minum obat.

“Jajaran fasilitas pelayanan kesehatan swasta sangat diharapkan melakukan penemuan dan pengobatan pasien TBC sesuai standar dan menyampaikan notifikasi kepada Dinas Kesehatan. Peran pelayanan kesehatan swasta sangat penting dalam meningkatkan jangkauan atau akses masyarakat pada pelayanan pengendalian TBC. Selain itu, pengobatan TB yang standar juga sangat penting,” paparnya.

Menurutnya pengobatan yang tidak tepat dapat mengakibatkan timbulnya TBC resisten yakni obat yang dapat menghambat terwujudnya eliminasi TBC di Indonesia.

Pengobatan TBC resisten obat memakan waktu lama, dapat menimbulkan berbagai efek samping, serta memerlukan pembiayaan yang berlipat ganda dibandingkan dengan pengobatan TBC sensitif obat. Selain itu, beban sosial ekonomi pasien, keluarga, masyarakat dan negara akan meningkat bila jumlah pasien kebal obat TBC terus meningkat.

“Saya berpesan agar selain mengobati pasien TBC, maka fasilitas kesehatan juga diharapkan dapat memberikan terapi pencegahan TBC agar semua orang yang serumah dengan pasien TBC serta mereka yang kontak erat dengan pasien TBC dapat dicegah untuk tidak sakit TBC dan dapat mempercepat terjadinya eliminasi TBC di Kabupaten Mimika,” pungkasnya. (feb)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *