BERITA UTAMAMIMIKA

Warga Mimika Diingatkan Stop Buang Air Besar di Saluran Air, Ternyata Baru 7 Kampung yang Capai SBS

cropped 895e2990 d422 4061 9705 e533253f1607.jpg
15
×

Warga Mimika Diingatkan Stop Buang Air Besar di Saluran Air, Ternyata Baru 7 Kampung yang Capai SBS

Share this article
IMG 20230914 WA0019
Suasana Pembukaan Kick Off Papua Tangguh, di Hotel Horison Ultima, Kamis (14/9).

Klik Gambar Untuk Informasi Selanjutnya
Klik Gambar Untuk Informasi Selanjutnya

Timika, fajarpapua.com – Guna meningkatkan kesadaran masyarakat agar tidak Buang Air Besar (BAB) sembarangan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) bersama Unicef menggelar Kick Off Papua Tangguh, di Hotel Horison Ultima, Kamis (14/9).

Kegiatan yang menghadirkan narasumber dari Yayasan Rumsram Kabupaten Biak tersebut bertujuan mewujudkan Kabupaten Mimika Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) tahun 2024.

Yayasan Rumsram (Lembaga Swadaya Masyarakat Rumsram) adalah mitra Pemerintah Daerah Biak Numfor, Papua yang luar biasa karena berperan membangun dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan diri, lingkungan dan Kampung. Salah satu prestasi yang dicapai yayasan tersebut adalah bisa mewujudkan warga Kabupaten Biak Stop Buang Air Besar Sembarangan.

Bupati Mimika dalam sambutan yang dibacakan Kepala Dinas Kesehatan Mimika Reynold Ubra menyampaikan, berdasarkan capaian data SBS Papua, Kabupaten Mimika dari 152 kampung, baru 7 kampung yang mencapai stop buang air besar sembarangan (SBS).

“Berdasarkan data ini lah pertemuan hari ini sangat penting untuk mengejar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) 5 pilar 100 persen tujuan Kabupaten Mimika. Kondisi ini bukanlah kondisi yang mudah untuk dicapai dan tentunya pemerintah tidak bisa berpangku tangan begitu saja,” ungkapnya.

Dikemukakan, beberapa tantangan akan dihadapi bersama dalam mewujudkan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) ini adalah:

Pertama, masih kurangnya koordinasi antar pihak- pihak yang berkepentingan baik di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten.

Kedua, perlunya sering melakukan sosialisasi dan menggerakan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Ketiga, mengelola air minum dan makanan yang aman. Keempat, mengelola sampah dengan benar, dan kelima, mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.

“Pelaksanaan program STBM dimulai dari pilar pertama yaitu stop buang air besar sembarangan yang merupakan pintu masuk sanitasi total dan merupakan upaya memutuskan rantai kontaminasi kotoran manusia terhadap air baku minum, makan dan lainnya,” tuturnya.

“STBM menggunakan pendekatan yang mengubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan pemicuan masyarakat dengan metode pemicuan. Cara STBM ini diharapkan dapat merubah perilaku kelompok masyarakat dalam upaya memperbaiki keadaan sanitasi lingkungan mereka, sehingga tercapai kondisi Open Defecation Free (ODF), pada suatu komunitas atau desa,” tuturnya.

Dikemukakan, suatu desa dikatakan ODF jika 100% penduduk desa tersebut mempunyai akses BAB di jamban sehat.

“Masalah kesehatan masyarakat sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Salah satu permasalahan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah permasalahan kesehatan lingkungan yang adalah masalah sanitasi,” tuturnya.

Lebih jauh dikemukakan, tantangan pembangunan sanitasi di Mimika adalah sosial budaya dan perilaku sebagian penduduk yang terbiasa buang air besar di sembarang tempat, khususnya ke badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan lainnya.

“Pemerintah terus berusaha untuk mengatasi masalah sanitasi, terutama akses penduduk terhadap jamban sehat. Pada tahun 2008 Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan Permenkes RI nomor 852/menkes/sk/ix/2008 tentang strategi nasional sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) yang kemudian diperkuat dengan Permenkes RI nomor 3 tahun 2014 tentang sanitasi total berbasis masyarakat,” tuturnya.

Pihaknya menghimbau kepada seluruh OPD terkait agar semakin berperan aktif demi tercapainya sanitasi total berbasis masyarakat sehingga diharapkan dilaksanakan dan tepat sasaran.

“Proses ini tentu memerlukan perhatian serta komitmen keseriusan dan kerja keras semua pihak, baik pemerintah kabupaten Mimika, seluruh elemen masyarakat bersama Unicef melalui mitra lokal Yayasan Rumsram,” ungkapnya.(ron)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *