Timika, fajarpapua.com – Warga Kota Timika pada Selasa (16/7) dihebohkan dengan beredarnya flyer yang dicap dengan darah terkait rencana aksi demontrasi yang dilakukan supplier 7 suku dan orang asli Papua (OAP).
Terkait hal itu, Kapolres Mimika AKBP I Komang Budiartha yang dihubungi fajarpapua.com, Selasa malam menyampaikan permasalahan itu sudah ditangani pihak kepolisian.
Bahkan telah dilakukan mediasi bersama dengan pihak-pihak yang berkepentingan yang difasilitasi Kasat Intelkam Polres Mimika dan telah mendapatkan kesepakatan sehingga tidak perlu ada aksi demontrasi seperti yang beredar di masyarakat.

“Kedua pihak sudah dipertemukan, sudah ada kesepakatan dan beberapa point yang disetujui sehingga tidak boleh ada aksi demo,” ujarnya.
Meski demikian Kapolres Komang mengatakan, jika ada pihak-pihak yang tidak puas dengan hasil mediasi dan tetap memaksakan untuk melakukan demonstrasi, kepolisian siap melakukan pengamanan.
“Kalau mereka tidak mengikuti sesuai kesepakatan, personel kami sudah siap untuk melakukan pengamanan dan menjaga keamanan di Kabupaten Mimika,” tegasnya.
Kapolres Komang juga mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terprovokasi serta melakukan aktivitas seperti biasa.
“Kami harap masyarakat tetap melakukan aktivitas seperti biasa, dan terkait surat yang beredar itu sebenarnya sudah mendapatkan kesepakatan bersama sehingga tidak boleh ada aksi demontrasi,” jelasnya
Diketahui berdasar data yang didapat fajarpapua.com menyebutkan aksi ini dilakukan lantaran ada kekecewaan antar supplier 7 suku dan Orang Asli Papua kepada PT Freeport Indonesia, PT Pangan Sari Utama serta PT Triboga.
Selain para supplier 7 suku dan OAP, aksi demo gabungan jilid dua yang rencananya digelar pada Rabu (17/7) sekitar pukul 08.00 WIT di area Check Point 32, Check Point 28, serta Office Building PTFI di Kuala Kencana itu kabarnya juga akan diikuti oleh karyawan mogok kerja (Moker) . (moa)
lalu bagaimana dgn kasus mogok kerja (moker)