Timika, fajarpapua.com – Direktur Eksekutif Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme (Lemasa), Stingal Jhonny Beanal menegaskan larangan aktivitas pendakian Gunung Cartenz oleh PT Tropik tanpa koordinasi dan negosiasi dengan masyarakat adat setempat.
Pernyataan ini disampaikan menyusul insiden tewasnya dua wisatawan dalam pendakian baru-baru ini, yang menurut Beanal, sebenarnya dapat diantisipasi jika perusahaan tersebut mau mendengarkan peringatan dari lembaga adat.
Beanal menjelaskan Lemasa telah berulang kali mengirim surat kepada PT Tropik dan maskapai penerbangan terkait untuk menghentikan aktivitas pendakian di Gunung Cartenz tanpa persetujuan masyarakat adat. Gunung tersebut merupakan wilayah sakral bagi masyarakat adat Suku Amungme, khususnya empat marga yang mendiami di bawah kaki Gunung Cartenz di Lembah Tsinga dan memiliki hak adat atas wilayah tersebut.
“Kami sudah feeling buruk bahwa sesuatu yang tidak diinginkan akan terjadi. Kami sudah wanti-wanti, tapi PT Tropik tetap nekat membawa wisatawan asing dan karyawannya untuk mendaki,” ujar Beanal.
Ia menegaskan kekuatan alam di Gunung Cartenz jauh lebih dahsyat daripada kemampuan manusia. “Ini bukan tentang sakit atau kecelakaan biasa, tetapi tentang kekuatan alam yang tidak bisa diremehkan. Nyawa manusia bisa terancam jika kita tidak menghormati alam dan adat,” tegasnya.
Beanal menyerukan agar PT Tropik segera duduk bersama dengan lembaga adat, tokoh-tokoh masyarakat, dan para tetua adat untuk melakukan negosiasi dan ritual adat sebelum melanjutkan aktivitas pendakian. “Kami ingin keamanan, kenyamanan, dan keselamatan semua pihak. Kami tidak ingin ada korban jiwa lagi ke depan,” katanya.
Pimpinan Lemasa itu juga menyampaikan larangan terhadap PT Tropik untuk tidak lagi membawa wisatawan asing atau melakukan pendakian di Gunung Cartenz, karena Lemasa melihat adanya pelanggaran hingga memakan korban jiwa dari PT Tropik. Larangan ini akan tetap berlaku hingga ada penyelesaian dan kesepakatan antara perusahaan dan masyarakat adat.
“Selama belum ada negosiasi dan ritual adat, PT Tropik tidak boleh lagi membawa wisatawan atau melakukan pendakian di wilayah kami,” tegas Beanal.
Ia menambahkan wilayah adat Amungme termasuk Lembah Tsinga, adalah daerah yang sangat sakral dan memiliki nilai spiritual tinggi bagi masyarakat setempat. Oleh karena itu, setiap aktivitas di wilayah tersebut harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat.
“Kami meminta semua pihak, termasuk instansi terkait, tokoh masyarakat, dan perusahaan, untuk bekerja sama dengan kami. Mari kita duduk bersama, lakukan hal-hal yang baik, dan utamakan keselamatan. Kami tidak ingin ada korban jiwa lagi ke depan,” pungkas Beanal.
Dengan sikap tegas ini, Lemasa berharap PT Tropik dan perusahaan lain dapat lebih menghormati hak-hak adat masyarakat Amungme serta mengutamakan keselamatan dan keamanan dalam setiap aktivitas yang dilakukan di wilayah adat mereka. (moa)
artinya “Uang”
betul, minta duit dia
minta duit ini
betul harus ijin dlu
semisal 130rb untuk per orangnya
betul harus ijin dlu
semisal 130rb untuk per orangnya
menurut saya, sebaik nya PT berdamai saja dengan masyarkat adat, melakukan distribusi income dengan masyarkat setempat adalah baik adanya.
sebaiknya PT, segera melakukan perdamaian dengan masyarkat setempat, anggap saja distribusi pendapatan.
menghormati hak masyarakat adat, memang betul adanya… cuma masalahnya… kalau berurusan dengan …………
su pasti harus payar tra payar tra bisa lewat.
seandainya tidak payar, pasti PT Tropik juga dengan senang hati akan menghubungi mereka.
ko tau to…
harusnya bicara yg jelas memgajak duduk bersama membicarakan hak adat tanpa ada bayaran sepeserpun, kami ingin ritual dan norma yang ada tetap berjalan dan dihormati. jd bukan karena nilai ekonomi karena terkadang masalah uang tapi dibungkus oleh hal lain
ujung2nya urusan duit…..
ini bener banget. waktu pendakian binaiya, kami melakukan ritual adat dulu karena alam dan manusianya harus dihormati juga dalam rangka taat berharap lindungan sang pencipta.
kalo netizen fitnah masyarakat adat minta duit lah itu pihak expeditor juga serakah buka jalur pendakian yg udah jelas bahaya. masyarakat setempat itu tidak mengizinkan loh, kalo mereka pengen duit ya mereka pasti izinkan krn jg wisata akan mempengaruhi ekonomi. hidup masyarakat adat. hal ghoib itu harus diimani. ada kekuatan yg lebih besar dari manusia yang itu sudah lebih lama ada di alam.
sa di serang habis² san di Instagram gara2 sa blng Woii ko hargai alam maka ko akan di jaga oleh alam dan sekitarnya.
berarti bukan salah pendakinya. salah pt tropik nya yang buka jalur
itu local wisdom dari suara masyarakat adat perlu di dengarkan krn ribuan tahun lalu ancestor mrk sudah mendiami nemangkawi niggok. as a sample they know what a nature wont. and sometimes the nature talk to they ancestor.. with a millions years the indegeos people observe of behavior of nature!!
arogansi orang2 yg tak punya adab dan etika, siapapun kamu, sehebat apapun kamu, harusnya kamu bersikap dimana bumi dipijak disitu langit di jungjung… hormatilah hak adat dan ulayat suatu daerah.
dari gunung sampai pantai khusunya wilaya papua umumya memiliki adat istiadat dan wilayah tersebut punya cerita legenda yang kami ketahui, apa lagi kita di daerah mimika khusunya contoh saja kita tebang pohon tpi pohon itu tumbuh kembali, kami percaya dgn ajarn adat setempt pohon itu ada Tuannya dan kami memohon maaf lewat ritual oleh tetua adat atas kesalahan kami, kalau kita menghalamnya untuk kedua kalinya kita harus buat ritual sebagai hukum kelancaran aktivitas disitu.. kalau jalan tabrak2 itu efeknya yg sdh terjadi.
maaf kita ketahui bersama Tana papua ini tdk kosong, ada tuannya, jadi jagn datang tabrak2 sesuka hatimu
namanya adat di hargai jadi netizen jgn mgawur kalau bicra di hubungkan maslah uang,seandainya ada tarikan pembagian keuangan apa salahnya,jgn mentamg2 PT langsung tidak m3nghormati adat setempat.
sa jujur ee. mungkin yang paham tentang Alam dan adat istiadat cuma kami orang Indonesia timur saja kapa terutama yang tinggal di kampung bahkan pedesaan. kami lahir pun tidak di rumah sakit yang mewah dan banyak fasilitas
kami lahir di alam yang indah yang punya banyak cerita
jadi bicara soal hal seperti ini kami su tra kaget lagi.
kalian di kota bangun pagi dengar suara motor mobil
kami di kampung bangun pagi dengar suara burung suara anjing suara orang tua² yang menyanyi.
netizen juga banyak yang tidak paham tentang Alam papua ini
kam PU tete nenek moyang PU gunung CARSTENSZ itu jadi Kam datang tidak minta ijin trus mau pergi panjat begitu saja.
mau naik gunung apa saja selama masih di wilayah NKRI…tidak perlu ada tetek bengek ini itu. jangan sampai masyarakat di sana ada kerjasama dengan OPM KKB mau culik dan jadikan sandera turis. bisa aja.
jangan saling menyalahkan, memang alam tidak bisa dibantah