Timika, fajarpapua.com – Sungai Beano-goung, yang terletak di wilayah Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, menjadi sorotan setelah dibukanya akses pendakian Gunung Cartensz melalui sungai tersebut tanpa persetujuan masyarakat setempat.
Sungai ini mengalir melalui beberapa kampung, seperti Beanegogom dan Benggagin, hingga ke hilir laut.
Bagi masyarakat suku Amungme, Sungai Beano-goung bukan hanya sumber air, tetapi juga memiliki nilai sakral yang erat kaitannya dengan kehidupan spiritual dan budaya mereka.
Masyarakat Desa Tsinga mengecam keras pembukaan jalur pendakian ini, karena dianggap merusak keseimbangan ekosistem dan melanggar nilai-nilai sakral yang telah dijaga turun-temurun.
Mereka khawatir aktivitas pendakian akan mengganggu akar budaya dan kehidupan spiritual mereka. Selain itu, masyarakat juga merasa terganggu oleh aktivitas pendakian yang berpotensi merusak lingkungan dan ekosistem setempat.
Pada tahun 2019, jalur pendakian menuju Puncak Carstensz sempat ditutup sementara karena kondisi jalur yang buruk dan alasan keamanan. Penutupan ini juga dimaksudkan untuk revitalisasi jalur pendakian guna memastikan keselamatan pendaki dan menjaga kelestarian lingkungan. Namun, pada Februari 2025, jalur pendakian dibuka kembali dengan melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan dan pemberdayaan. Meskipun demikian, masyarakat tetap menolak pendakian melalui Sungai Beano-goung karena medan yang berbahaya, cuaca ekstrem, dan risiko kerusakan lingkungan.
Masyarakat juga menyampaikan pesan tegas kepada para pendaki bahwa keselamatan adalah hal yang utama. Mereka menegaskan bahwa jika terjadi kecelakaan atau insiden selama pendakian, seperti yang terjadi pada 26 Februari 2025, masyarakat setempat tidak akan bertanggung jawab. Jalur tersebut dianggap terlalu berisiko dan tidak layak untuk digunakan sebagai akses pendakian.
Masyarakat adat, khususnya suku Amungme, menuntut keterlibatan aktif dalam pengelolaan jalur pendakian untuk memastikan penghormatan terhadap nilai-nilai budaya dan kelestarian lingkungan. Jika jalur pendakian tidak dikelola dengan baik, ancaman kerusakan lingkungan dan gangguan terhadap kehidupan masyarakat adat akan semakin besar. Oleh karena itu, masyarakat Desa Tsinga menyerukan penutupan jalur pendakian melalui Sungai Beano-goung hingga ada kesepakatan yang melibatkan semua pihak terkait.(ana)