Timika, fajarpapua.com – Miliaran umat katolik seluruh dunia termasuk ribuan umat katolik Mimika pada Jumat (18/4) memperingati Jumat Agung, kisah sengsara dan kematian Yesus Kristus.
Dalam tradisi gereja, hari bersejarah itu dirayakan dalam dua bentuk, Jalan Salib dan Penciuman Salib.
Pastor Paroki St. Stefanus Sempan, Pastor Gabriel Ngga OFM menjelaskan makna teologis dan aplikasi praktis dari kedua tradisi ini dalam kehidupan umat Katolik, khususnya ditengah konflik dan luka dunia modern.
Dalam wawancara bersama fajarpapua.com, Pastor Gabriel menekankan Jalan Salib bukan sekedar mengenang penderitaan Yesus, tetapi juga menghayati keteguhan-Nya dalam menyampaikan kebenaran.
“Yesus diutus untuk menyelamatkan manusia berdosa, meski menghadapi kebencian, fitnah, hingga kematian di kayu salib. Ia tetap setia pada misi Bapa. Inilah makna teologis yang mendasar,” ujarnya.
Lebih lanjut, Pastor Gabriel mengajak umat untuk merefleksikan nilai-nilai tersebut dalam konteks kekinian.
“Dunia saat ini penuh luka, dendam, kebencian, bahkan pembunuhan akibat kepentingan politik dan ekonomi. Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk melawan kejahatan dan ketidakadilan, sambil meneladani sikap Yesus yang mengampuni,” tegasnya.
Ia mencontohkan, meski Yesus tidak bersalah, Ia memaafkan mereka yang menyiksa dan menyalibkan-Nya.
“Kita pun diharapkan mengampuni orang yang melukai hati kita, bukan karena kita salah, tetapi karena kasih dan kebenaran harus menang. Ini adalah transformasi radikal dari dendam ke pengampunan, dari kebencian ke kasih, dan dari kemunafikan ke kejujuran,” jelasnya
Menurut Pastor Gabriel, perayaan Jumat Agung dan Penghormatan Salib seharusnya menjadi momentum perubahan sikap.
“Kita tidak boleh pasif. Iman harus diwujudkan dalam keberanian membela yang benar, sekaligus rendah hati mengampuni seperti Kristus. Inilah cara kita merespons luka dunia dengan cahaya Injil,” tambahnya.
Refleksi ini mendapat respons positif dari umat Paroki St. Stevanus Sempan, untuk menaladani pesan Jumat Agung ini.
“Pengampunan itu berat, tapi renungan ini mengingatkan bahwa kita dipanggil untuk menjadi pembawa damai, bahkan di tengah pergumulan terberat.”ujarnya
Sebagai penutup, Pastor Gabriel berpesan salib bukan simbol kegagalan, tetapi kemenangan kasih atas kebencian.
“Mari hidup dengan semangat ini, bukan hanya di Jumat Agung, tetapi setiap hari,” pungkasnya (moa)