BERITA UTAMAMIMIKA

Opini Redaksi – Kasus Bullying di SMP Negeri 7 Timika, Cermin Kegagalan Sekolah Menjaga Mental Anak Didik

174
×

Opini Redaksi – Kasus Bullying di SMP Negeri 7 Timika, Cermin Kegagalan Sekolah Menjaga Mental Anak Didik

Share this article
IMG 20250504 WA0038
Ilustrasi praktek bullying

KASUS bullying di SMP Negeri 7 Timika kembali menjadi sorotan publik. Tindakan kekerasan antarsiswa bukan hanya memunculkan kemarahan, tetapi juga keprihatinan mendalam terhadap wajah buram dunia pendidikan kita.

Tokoh masyarakat Amungme secara tegas mengecam tindakan tersebut dan mendesak aparat penegak hukum untuk segera memanggil kepala sekolah serta memproses hukum para pelaku. Seruan ini bukan hanya emosional, melainkan cermin dari kegelisahan kolektif yang selama ini terpendam.

Perundungan di sekolah sudah seperti pola berulang yang tak kunjung tuntas. Setiap tahun ada saja berita tentang kekerasan yang melibatkan anak-anak, dan lebih parah lagi, di dalam ruang yang seharusnya aman dan membentuk karakter mereka.

Apa yang salah? Salah satunya adalah kelalaian dalam pengawasan dan lemahnya tanggung jawab pihak sekolah dalam menciptakan ruang belajar yang bebas dari kekerasan.

Kepala sekolah seharusnya berdiri di garda terdepan dalam menegakkan disiplin dan memastikan tidak ada ruang bagi tindakan tidak beradab semacam ini.

Bila terjadi perundungan hingga berulang, maka tanggung jawab itu tak bisa dilepaskan darinya. Penegakan hukum terhadap pelaku, baik siswa maupun pembina yang lalai, perlu dilakukan tanpa kompromi. Ini bukan semata-mata tentang menghukum, tapi juga memberi pesan tegas: sekolah bukan tempat untuk kekerasan.

Yang juga perlu disadari, bullying bukan hanya persoalan individu, tetapi gejala dari sistem yang abai. Banyak sekolah tidak memiliki mekanisme pencegahan yang kuat, tidak melibatkan psikolog atau konselor secara serius, dan sering kali justru menutup-nutupi kasus dengan alasan menjaga nama baik. Padahal, transparansi dan keberanian untuk bertindak adalah jalan menuju penyembuhan.

Kasus ini harus menjadi pelajaran bagi semua sekolah di Indonesia. Pendidikan tidak boleh hanya berorientasi pada nilai akademik, tapi juga pada pembentukan karakter.

Jika kita membiarkan bullying terus terjadi, maka kita sedang membiarkan anak-anak kita tumbuh dalam atmosfer ketakutan dan kebencian. Maka, saatnya semua pihak—guru, orang tua, aparat hukum, hingga pemerintah—bersinergi untuk memutus lingkaran kekerasan ini.

Dunia pendidikan harus bersih dari hawa gelap seperti ini. Jika tidak, maka sekolah bukan lagi tempat mendidik, melainkan tempat menakutkan yang membunuh karakter anak sejak dini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *