Timika, fajarpapua.con– Dua hari menjelang pentahbisan Uskup terpilih Keuskupan Timika, Mgr. Bernadus Bofitwos Baru, OSA, suasana penuh iman dan kebersamaan tampak jelas dalam rangkaian gladi resik yang digelar pada Minggu (11/5).
Prosesi gladi resik yang dihadiri oleh seluruh panitia serta volunteer berlangsung aman dan tertib, sarat makna spiritual.
Gladi resik diawali dengan prosesi arak-arakan peralatan liturgi Uskup terpilih yang diberangkatkan dari SMP Santo Bernardus oleh masyarakat Maybrat.
Arak-arakan ini menyusuri Jalan Cenderawasih hingga tiba di Gereja Katedral Tiga Raja Timika, Papua Tengah.
Sejumlah tokoh turut hadir dalam kegiatan tersebut, antara lain Ketua Umum Panitia Pentahbisan Johannes Rettob, Sekda Mimika Petrus Yumte, dan Ketua TP-PKK Mimika Suzy Herawati Rettob. Mereka bersama umat menyaksikan jalannya gladi resik dengan penuh sukacita.
Prosesi sakral ini mencapai puncaknya saat keluarga menyerahkan Mgr. Bernadus Bofitwos Baru, OSA di depan Porta Sancta kepada Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Nunsius Apostolik Mgr. Piero Pioppo, yang nantinya akan menahbiskan Uskup Timika pada tanggal 14 Mei 2025.
Ketua Panitia Pentahbisan, Johannes Rettob, menyatakan seluruh persiapan teknis dan liturgis telah rampung. Termasuk di antaranya adalah simulasi acara dan koordinasi pengamanan.
“Kita melibatkan banyak unsur masyarakat, termasuk Forum Kerukunan Umat Beragama yang mengerahkan pemuda lintas agama untuk menjaga ketertiban dan menciptakan suasana damai,” ujar Johannes.
Untuk memastikan kelancaran acara, ruas jalan dari Bank Papua hingga Diana nantinya akan ditutup dan difungsikan sebagai area parkir pada hari pelaksanaan.
Johannes Rettob yang juga Bupati Mimika mengajak masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan selama rangkaian acara.
“Mari kita rayakan peristiwa iman ini dengan penuh damai. Saya sudah mengeluarkan surat edaran sebagai bentuk dukungan untuk memastikan acara berlangsung lancar tanpa gangguan,” tegasnya.
Pentahbisan Uskup Keuskupan Timika bukan hanya menjadi momen penting bagi Gereja Katolik di wilayah tersebut, tetapi juga menjadi simbol persatuan dan harapan bagi masyarakat setempat, bahwa semangat kasih dan kebersamaan dapat terus tumbuh di tengah keberagaman. (mas)