TAHUN ini Kabupaten Mimika merayakan ulang tahun ke-29. Dibalik peringatan hari bersejarah itu, lahir berbagai kebijakan populis yang layak dicatat dengan tinta emas dalam perjalanan daerah ini.
Untuk pertama kalinya sejak terbentuknya Pemerintah Kabupaten Mimika, diberlakukan kuota khusus penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dengan porsi 80 persen diperuntukkan bagi anak-anak Amungme dan Kamoro, serta 20 persen untuk putra-putri yang lahir dan besar di Timika.
Kebijakan ini bukan sekadar angka, melainkan sebuah langkah berani yang menjawab kerinduan panjang masyarakat adat. Dalam bahasa yang lebih sederhana, inilah kado ulang tahun ke-29 bagi Mimika: hadiah yang bukan hanya simbolis, tetapi menyentuh langsung masa depan anak negeri.
Sejarah baru ini juga diperkaya dengan fakta lain: untuk pertama kalinya sejak Mimika terbentuk, jabatan Sekretaris Daerah dijabat oleh orang asli daerah dari suku Kamoro, yakni Abraham Kateyau. Dua momentum ini mempertegas arah kepemimpinan yang berpihak pada anak negeri.
Sejarah Baru di Tanah Amungsa dan Kamoro
Sejak berdirinya Kabupaten Mimika, proses penerimaan CPNS selalu mengikuti pola nasional tanpa ruang afirmasi yang memadai bagi anak adat. Akibatnya, tidak sedikit putra-putri Amungme dan Kamoro yang tertinggal dalam kompetisi. Mereka bukan tidak mampu, tetapi seringkali terhambat oleh keterbatasan pemahaman teknis, terutama ujian berbasis CAT.
Kini sejarah itu berubah. Bupati Johannes Rettob dan Wakil Bupati Emanuel Kemong membuka jalan baru dengan menginisiasi kuota khusus. Kepemimpinan mereka menjalin kerja sama dengan Kementerian PAN-RB dan BKN, sehingga langkah ini bukan sekadar wacana, melainkan keputusan dengan legitimasi kuat.
Penerimaan CPNS kali ini juga dilengkapi dengan simulasi tes yang sepenuhnya difasilitasi pemerintah, agar anak-anak Amungme dan Kamoro benar-benar siap bersaing. Ini bukan hanya memberi peluang, melainkan memastikan kesempatan itu benar-benar bisa diraih.
Makna Kado Ulang Tahun
Setiap ulang tahun daerah biasanya dirayakan dengan upacara, pesta rakyat, atau kegiatan seremoni. Namun tahun ini Mimika mendapat sesuatu yang lebih berarti: sebuah kebijakan afirmatif yang menyentuh hajat hidup masyarakat.
Kuota 80 persen CPNS untuk Amungme dan Kamoro adalah simbol penghormatan. Ia menunjukkan pengakuan negara terhadap hak-hak dasar masyarakat adat diatas tanahnya sendiri. Inilah kado yang tidak bisa dinilai dengan materi, melainkan dengan harapan dan kebanggaan.
Bupati Rettob menegaskan, kuota ini adalah “kuota emas” yang tidak dimiliki daerah lain di Indonesia. Pernyataan ini bukan sekadar retorika, melainkan realitas. Di banyak daerah, masyarakat adat seringkali tersisih dalam kompetisi struktural. Tetapi Mimika, lewat kepemimpinan Rettob–Kemong, tampil sebagai pionir yang memberi ruang istimewa bagi anak negerinya.
Tanggung Jawab yang Menyertai
Namun, sebuah kado besar selalu datang dengan tanggung jawab besar pula. Bupati Rettob bersama Wakil Bupati Kemong mengingatkan, siapa pun yang kelak lolos menjadi PNS wajib menunjukkan integritas, disiplin, dan dedikasi. Menjadi abdi negara bukan sekadar mencari pekerjaan tetap, melainkan panggilan untuk membangun negeri sendiri.
Anak-anak Amungme dan Kamoro yang diterima kelak diharapkan menjadi motor penggerak Mimika yang lebih cerdas, damai, aman, dan sejahtera. Dengan posisi sebagai aparatur sipil negara, mereka akan ikut menentukan arah kebijakan, program pembangunan, dan pelayanan publik yang lebih berkeadilan.
Harapan ke Depan
Opini publik tentu menaruh harapan besar. Kuota 80 persen ini jangan berhenti sebagai kebijakan sesaat, melainkan harus menjadi pijakan jangka panjang. Lebih dari itu, perlu ada program pendampingan, pelatihan, dan peningkatan kapasitas agar aparatur dari Amungme dan Kamoro benar-benar siap menghadapi tantangan birokrasi modern.
Momentum ulang tahun ke-29 ini menjadi awal baru. Sejarah telah mencatat, untuk pertama kalinya, Mimika menghadirkan kado berharga berupa kebijakan afirmasi yang berpihak kepada anak negeri. Semoga langkah ini tidak hanya dikenang, tetapi juga dijaga dan diperkuat, sehingga benar-benar menjadi warisan kepemimpinan Rettob–Kemong bagi masa depan Mimika yang lebih inklusif.(redaksi)