Timika, fajarpapua.com – Peneliti malaria dari Yayasan Pengembangan Kesehatan dan Masyarakat Papua (YPKMP) dr Enny Kenangalem M.Biomet menyatakan, penggunaan primaquine dengan dosis optimal menjadi kunci utama dalam menuntaskan malaria tersiana yang hingga kini masih menjadi masalah kesehatan terbesar di Kabupaten Mimika.
Malaria tersiana yang disebabkan oleh infeksi Plasmodium vivax menempati urutan pertama penyumbang angka kesakitan di Mimika. Penyakit ini bisa kambuh berulang karena parasit yang berdiam di hati dalam bentuk dorman atau hipnozoit dapat aktif kembali dan menginfeksi sel darah merah.
“Obat dihidroartemisinin piperaquine efektif membunuh parasit dalam darah, tetapi harus dilanjutkan dengan primaquine agar parasit yang tersembunyi di hati bisa diberantas tuntas. Kepatuhan minum primaquine menjadi faktor kunci agar pengobatan berhasil,” jelas dr Enny, Senin (22/9).
Ia mengungkapkan, dalam dua tahun terakhir sejumlah puskesmas di Timika telah menerapkan pemeriksaan enzim G6PD untuk memastikan keamanan pasien sebelum diberikan primaquine dosis optimal. Hasil uji enzim menentukan jumlah dosis yang aman, sehingga pasien bisa menjalani terapi dengan lebih efektif.
“Sekarang primaquine atau obat cokelat diberikan dengan dosis optimal, yaitu 4 tablet per hari selama 7 hari. Ini berbeda dengan pola lama 14 hari. Pola baru terbukti lebih praktis, aman, dan pasien lebih patuh menyelesaikan pengobatan,” tegasnya.
Menurutnya, perubahan pola pengobatan ini memerlukan keterlibatan masyarakat secara luas. Sosialisasi intensif sangat penting agar warga tidak terkejut menerima informasi perubahan dosis. “Keterlibatan komunitas dan pemahaman yang matang akan membuat eliminasi malaria berjalan lebih cepat,” ujarnya.
Lebih lanjut, dr Enny menambahkan pentingnya peran lintas sektor dalam mendukung strategi penuntasan malaria, mulai dari tenaga medis, tokoh masyarakat, hingga keluarga pasien. “Eliminasi malaria tidak bisa hanya dikerjakan tenaga kesehatan. Semua pihak harus terlibat agar target eliminasi bisa tercapai,” tambahnya.
Isu penting mengenai pengendalian malaria ini juga akan menjadi fokus pembahasan dalam ACREME Annual Meeting Program yang digelar 13–14 Oktober 2025 di Deakin Downtown, Theatre Room, Melbourne, Australia. Pertemuan ilmiah internasional tersebut akan mempertemukan para pakar untuk mendiskusikan strategi penuntasan Plasmodium vivax dengan menekankan keterlibatan komunitas secara menyeluruh.
Dalam forum itu, dr Enny bersama para peneliti dan praktisi kesehatan dari berbagai negara akan memaparkan pengalaman di Mimika, termasuk penerapan primaquine dosis optimal yang sudah berjalan di lapangan. Hasil diskusi diharapkan menghasilkan rekomendasi global dalam mendukung eliminasi malaria secara konkret.(fan)
Lalu bagaimana dengan malaria tropika apakah masih menganjurkan dengan dosis 1 tablet selama 14 hari ?