Mappi, fajarpapua.com – Kehadiran sosok AKBP Damianus Dedy Susanto SIK, SH.MH sebagai Kapolres Mappi memberi warna baru bagi wajah kepolisian di wilayah itu.
Lahir dari komunitas budaya Dayak yang dulunya lekat dengan perang saudara, Kapolres Dedy mengajak warga Mappi untuk meninggalkan budaya perang. Karena kebiasaan itu hanya akan menghilangkan generasi potensial yang menjadi harapan daerah dan bangsa masa depan.

Sebagai bentuk rasa cintanya pada warga Mappi Papua, Kapolres Dedy mencanangkan program turun kampung.
Kali ini, Kapolres memberikan tali asih kepada masyarakat di kampung Gimikia sebagai rasa syukur kepada Tuhan atas kepercayaan pimpinan berkarya di pedalaman Papua.
Kedatangan Kapolres Dedy di Gimikia, disambut tarian adat suku besar Auyu.
Kepala Suku Besar Auyu, Weremfridus Ikamtahay mengatakan, kedatangan Kapolres di kampung Gimikia merupakan anugerah Tuhan karena selama 5 tahun terakhir masyarakat kampung Gimikia sangat rindu dan tidak pernah didatangi pejabat manapun.
“Jadi hari ini kami semua masyarakat Gimikia sangat bahagia seperti menyambut kedatangan Tuhan Yesus masuk ke kota Yerusalem,” ungkap Weremfridus.
Dia menyampaikan selamat berkarya kepada Kapolres Dedy diatas tanah Mappi.
Kepala suku mengakhiri sambutannya disambut gemuruh teriakan dan tepuk tangan seluruh masyarakat Gimikia.
Seperti disaksikan wartawan fajarpapua.com, usai memberikan tali asih di kampung Gimikia, keesokan harinya yakni Minggu 28 Maret 2021, Kapolres mengikuti misa Minggu Palma di Gereja Paroki Santu Antonius Padua Bade Distrik Edera.
Dalam kesempatan itu, Kapolres diminta oleh Dewan Gereja Paroki untuk memperkenalkan diri dan menyampaikan pesan kamtibmas kepada ribuan umat Katholik yang hadir.
Dalam sambutannya, Kapolres memberikan kesaksian imannya bermimpi bertemu Tuhan Yesus. Dalam mimpi itu, Tuhan Yesus menyuruh Kapolres untuk selalu menyalakan lilin di tengah-tengah tempat yang gelap.
“Saya tidak tahu apa ini maksudnya,” ungkap Kapolres.
Kapolres yang merupakan putra asli suku Dayak itu mengisahkan, adat dan budaya suku Dayak yg selalu perang antar suku, ternyata membawa dampak negatif yang sangat panjang terhadap kemajuan orang kalimantan.