EDITORIALPAPUA

“Kartini-kartini” di Tengah Industri Pertambangan

cropped cnthijau.png
7
×

“Kartini-kartini” di Tengah Industri Pertambangan

Share this article

Timika, fajarpapua.com – “Jangan kau katakan saya tidak dapat, tetapi katakan saya mau”. Sepotong kutipan berusia lebih dari satu abad tersebut mengandung pesan yang teramat kuat mengenai kemauan seseorang mewujudkan kesetaraan dan persamaan hak perempuan dan laki-laki. Kutipan tersebut diambil dari kumpulan surat Raden Adjeng Kartini kepada para sahabatnya di Eropa yang dibukukan dalam buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang. Pesan Kartini dalam kutipan tersebut begitu tegas, menentang segala bentuk pengekangan terhadap kemauan perempuan Indonesia untuk berkembang dan meningkatkan taraf hidupnya di tengah masyarakat, agar memiliki kesempatan yang sama dengan kaum laki-laki.

Semangat Kartini ini tidak pernah padam, bahkan terus berkobar di antara perempuan-perempuan Indonesia. Salah satunya adalah Agustina Ratnaningrum. Perempuan yang akrab dikenal sebagai Nina ini adalah satu dari sekian banyaknya perempuan yang menggeluti profesi di sektor pertambangan, bidang yang selama ini cenderung didominasi oleh laki-laki. Nina bergabung di PT Freeport Indonesia (PTFI) pada tahun 2008. Kini Nina telah menjadi salah satu pemimpin perempuan di PTFI sebagai Underground Mine Geotech Superintendent untuk Geo-engineering Integrated Monitoring Center (GIMC). Posisi ini membawa Nina pada tanggung jawabnya yang begitu krusial, yakni memimpin kegiatan operasional harian GIMC dan memastikan para insinyur geoteknologi dan geofisika di PTFI menjalankan aspek keselamatan dan aspek teknis pada pemantauan seismik dan tambang.

“Saya begitu bersyukur karena seluruh elemen di PTFI, termasuk manajemen dan seluruh rekan kerja saya, selalu memberi ruang dan kesempatan bagi seluruh karyawan untuk berkembang dan memimpin, tanpa memandang gender. Hadirnya perempuan di industri pertambangan justru memberi warna tersendiri, terutama di bidang-bidang pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan kecermatan,” ujar Nina. Salah satu kesempatan berkembang yang Nina rasakan di PTFI adalah ketika ia dikirim mewakili perusahaan mempresentasikan dua makalah ilmiahnya atas nama perusahaan di Konferensi MassMin, sebuah konferensi dunia mengenai pertambangan di Sudbudy, Kanada, pada tahun 2012. Tidak hanya itu, pada tahun 2014, PTFI juga mengutus Nina sebagai perwakilan perusahaan sekaligus karyawan wanita PTFI pertama yang bekerja di kantor pusat Freeport Mc-MoRan di Arizona, Amerika Serikat, sebagai insinyur penunjang geoteknik selama dua tahun.

1X1A0234
Richard C. Adkerson, Presiden Komisaris PT Freeport Indonesia

Di luar kesempatan yang senantiasa diberikan perusahaan untuk berkembang, pencapaian ini Nina raih dengan kerja keras, tekad, dan kegigihan berkarir. Berbagai tantangan telah Nina hadapi, termasuk anggapan sebagian publik bahwa laki-laki akan lebih unggul dibanding perempuan di sektor pertambangan. “Profesionalisme, etos kerja, dan hasil kerja adalah hal yang menjadi penilaian kami di PTFI. Penerapan SINCERE sebagai nilai perusahaan yang terdiri Safety, Integrity, Commitment, Respect, dan Excellence benar-benar membantu saya menghadapi tantangan tersebut,” tambah Nina.

Nina hanyalah satu dari 1633 perempuan yang berkarya di PTFI. Sejak beroperasi pada tahun 1967, PTFI terus berupaya menciptakan sistem kerja yang mendukung kesetaraan kesempatan bagi perempuan dan laki-laki untuk berkarya, berkembang, dan memimpin, sebagaimana menjadi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan nomor lima tentang Kesetaraan Gender. Upaya memperkuat kesetaraan gender ini juga PTFI wujudkan di luar lingkup perusahaan, termasuk dengan melakukan pemberdayaan perempuan Papua melalui berbagai kegiatan pengembangan kapasitas dan kewirausahaan.(hum)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *