MAKANAN

Hebehelo, Kuliner Zaman Prasejarah Yang Masih Bertahan Hingga Sekarang

cropped cnthijau.png
24
×

Hebehelo, Kuliner Zaman Prasejarah Yang Masih Bertahan Hingga Sekarang

Share this article
Hebehelo
Hebehelo

Salah satu kuliner prasejarah yang hingga kini masih ada dapat ditemui di wilayah Indonesia Timur. Yakni dibagian Kampung Abar Sentani Papua. Para warga yang berada di kawasan tersebut telah mengetahui cara memasak ikan duri lunak yang sudah ada sejak zaman prasejarah.

Penelitian yang dilakukan di Bukit Khulutiyauw, Kampung Abar, Distrik Ebungfauw, Kabupaten Jayapura oleh Balai Arkeologi Papua berhasil menemukan sebuah artefak berupa batu. Artefak tersebut memiliki diameter sekitar 10 cm dengan bentuk bulat pipih.

Klik iklan untuk info lebih lanjut

Bukit Khulutiyauw sendiri terletak di sekitar Danau Sentani, tepatnya di sebelah barat Kampung Abar. Artefak tersebut dahulu berfungsi untuk memasak ikan presto dalam gerabah. Selain artefak ditemukan juga pecahan-pecahan gerabah yang bisa ditemukan hampir di seluruh bukit tersebut.

Dalam tradisi Sentani sendiri dikenal juga dengan kuliner ikan kuah hitam yang disebut dengan hebehelo. Hebehelo merupakan makanan ikan danau yang dipresto dan disajikan dalam wadah gerabah serta dilengkapi dengan batang keladi serta bumbu daun.

Di Sentani sendiri terdapat beberapa jenis macam keladi, namun dalam bumbu kuliner hebehelo hanya menggunakan keladi jenis bete. Keladi bete memiliki daun dan batang kecil dengan warna ungu.

Cara Memasak Hebehelo

Cara memasak hebehelo dimulai dengan mengasapkan terlebih dahulu daun serta batang keladi. Siapkan wadah gerabah yang sudah dilapisi dengan alas dari anyaman bambu, kemudian taruh ikan yang sudah dibersihkan diatasnya. beberapa ikan yang bisa digunakan seperti ikan gabus hitam atau ikan mujair, kemudian tambahkan garam secukupnya,

Selanjutnya taruh daun dan batang keladi kering di atas ikan tersebut, dan letakkan batu bundar pipih sebagai penekan di atas bahan makanan tersebut.

Kemudian panaskan wadah gerabah berisi ikan tersebut diatas api panas kurang lebih 2 jam sampi bumbu-bumbu masuk ke dalam ikan. Tunggu sampai ikan lunak sampai ke tulangnya dan rasanya sudah enak.

Penggunaan daun serta batang keladi tersebut merupakan salah satu warisan kearifan lokal yang diturunkan secara turun temurun di Sentani. Dari segi kesehatan sendiri daun dan batang keladi ternyata dapat menurunkan kolesterol karena mengandung polifenol.

Karena kandungan lemak pada ikan gabus sentani yang tinggi, hal inilah yang membuat daun dan batang keladi digunakan sebagai penyeimbangnya.

Keladi merupakan tanaman yang ditemukan pertama kali di Papua dan Papua Nugini 8000 tahun lalu. sedangkan untuk budaya gerabah dikenal sejak 3000 tahun lalu. Dan kuliner ikan kuah hitam atau hebehelo ini menjadi kuliner khas yang disajikan pada PON XX Papua.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *