Timika, fajarpapua.com – Distribusi pupuk organik ke petani di wilayah Kampung Wangirja (SP IX) Distrik Iwaka tidak mencukupi kebutuhan petani setiap musim tanam.
Untuk menjaga agar tanaman bisa panen dengan hasil mencukupi, para petani terpaksa membeli pupuk non subsidi.
Ketiua Kelompok Tani Harapan Makmur SP IX, Kampung Wangirja, Wartadji saat ditemui Fajar Papua.com di kediamannya, Sabtu (11/12) mengatakan petani di wilayah itu lebih banyak menanam sayuran seperti sawi, kangkung, bayam, koll, rica, dan sebagian kecil yang menanam semangka dan melon.
Kata Wartadji, biasanya pupuk organik mereka peroleh dari distributor di Kelurahan Kamoro Jaya (SP 1) yang kemudian dilepas ke agen lalu diteruskan ke kelompok tani.
“Biasanya ada pupuk dasar, kemudian pupuk saat tanam. Pupuk dasar kadang kami pakai kotoran ayam supaya tanaman bisa tumbuh subur,” jelasnya.
Selain itu, untuk obat-obatan biasanya petani beli sendiri.
Paling umum yang dikeluhkan petani terutama pupuk subsidi yang dinilai masih kurang bahkan jatah tiap petani sangat terbatas.
Terkait hal itu, dia meminta Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Mimika agar menambah jatah pupuk subsidi untuk para petani.
“Sehingga petani tidak lagi membeli pupuk non subsidi dengan harga lebih mahal dari hasil penjualan sayur. Karena tanaman jika ditanam butuh pupuk yang cukup, butuh obat-obatan untuk bersihkan hama,” ujarnya.
Untuk tanaman sayur sawi, kangkung dan bayam butuh waktu 25 hari hingga panen. Mulai proses tanam hingga panen butuh pupuk yang cukup banyak.
Jumlah petani dalam satu kelompok tani ada 15-20 orang.
“Biasanya jatah untuk 20 orang pupuk subsidi namun paling yang dijawab untuk 12 orang. Jadi agen harus siasati supaya 20 orang dapat semua dengan mengurangi jatah sehingga tidak mencukupi untuk satu musim tanam. Di SP IX ada tiga sampai empat musim tanam dalam satu tahun. Sehingga kami membutuhkan banyak pupuk, makanya Pemkab melalui Dinas Tanaman Pangan harus menambah kuota pupuk subsidi untuk petani,” paparnya. (mar)