Timika, fajarpapua.com – Guna meningkatkan sumber daya manusia (SDM), pendidikan harus terus digenjot, terutama kepada putra putri tujuh suku di Kabupaten Mimika.
Sebab, swaktu kontrak PT. Freeport Indonesia di Tanah Papua tersisa 19 tahun lagi.
Hal itu dikemukakan Paul Sudiyo, saat ditemui fajarpapua.com di Ossa de Villa Hotel, Jalan Hasanudin – Timika Papua, Senin (26/7).
“Kalau saya sih optimis dengan melihat peluang dan tantangan yang ada. Sebabnya, peran utama orang tua, gereja, pemerintah, YPMAK harus menerjemahkan ini dengan mulia,” tegas mantan alumnus Institut Pastoral Malang itu.
Paul menjelaskan, mengapa pendidikan perlu mendapat perhatian penting disisa kurun waktu yang tersedia ini, hal itu karena kehadiran PT. Freeport di Tanah Papua, sebentar lagi akan berakhir.
“Memang benar ada yayasan, perusahan-perusahaan yang selama ini bermitra bersama PT. Freeport dalam pengelolaan dana Corporate Sosial Responsibility (CSR), ada pula perusahaan yang support di semua bidang. Akan tetapi mereka ini hanya bertahan selama Freeport berproduksi. Setelah itu, tentu tidak.
Karena itu, pilar pilar pendidikan seperti orang tua, pemerintah, Gereja, lembaga adat jangan sampai lengah memanfaatkan peluang ini,” pesan Paul.
Dimata dia, secara hitung-hitungan, kurun waktu 19 tahun adalah waktu yang cukup menamatkan 3 (tiga) angkatan sekolah dasar (SD). Untuk SMP dan SLTA akan ada 6 (enam) angkatan.
“Kalau dipresentasekan, dari seratus persen angka kelulusan SD, nanti ke SLTP, bisa menurun menjadi 80 persent dan ke SLTA menjadi 50 persent,” terang Paul.
Artinya, lanjut Mantan Pastor Paroki Epouto Paniai itu, belum tentu dari kurun waktu 19 tahun terakhir ini semua peserta didik, dari jenjang pendidikan yang ada, semuanya akan lulus. Hal itu kembali bergantung kepada semua pilar pendidikan di Mimika.
Karenannya, Paul Sudiyo yang saat ini menjabat sebagai Ketua Pembina Yayasan Binterbushi mengharapkan agar kepada orang tua yang selama ini sudah menitipkan anak didiknya untuk disekolahkan, agar mendukung penuh dengan memberikan semangat kepada anak-anak.
Pesan yang sama pula, disampaikan kepada pihak gereja. Dikatakan, gereja harus memainkan peran pastoral dengan baik terutama pelayanan ketengah-tengah umat. Hadir kedalam kehidupan umat, mendengar, mencarikan solusi dari semua persiapan hidup yang dialami mereka.
Demikian juga, kepada orang tua. Orang tua harus punyai mental juang, gigih dan tidak mudah menyerah.
“Selagi masih ada waktu untuk berbenah, marilah kita berbenah untuk kebaikan Generasi Papua diwaktu yang akan datang,” harap Paul yang sudah malang melintang di Dunia Pendidikan dalam mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) putra putri di Tanah Papua sejak tahun 1975 sampai hari ini.(edy)