Timika, fajarpapua.com – Harga sayuran ditingkat petani Kabupaten Mimika dalam dua Minggu terakhir melambung tinggi.
Salah satu penyebab melonjaknya harga yakni faktor musim penghujan yang menyebabkan berkurangnya panen.
Salahsatu petani di SP 4 Kelurahan Wonosari Jaya, Aji Taufik kepada fajarpapua.com, Jumat (29/7) mengungkapkan, saat ini harga sayuran relatif tinggi karena salah satunya pengaruh hujan sehingga menyebabkan kurangnya hasil panen.
“Musim hujan harga tinggi, karena sayuran kurang, nanti kalau banjir atau banyak sayuran itu harga turun,” ujarnya.
Dikatakan untuk harga sayuran seperti Kangkung dan Sawi harga dari petani untuk Kangkung saat ini berkisar Rp 2.000 hingga Rp. 3.000, sawi dikisaran Rp 7.000 perkilo.
Meski harga sayuran yang lumayan tinggi itu, namun petani tidak mendapat keuntungan yang banyak lantaran modal yang dikeluarkan juga besar.
“Sekarang semua mahal, bibit sawi dulu harga 50 ribu rupiah sekarang 70 ribu rupiah satu pack, belum lagi pupuk,” katanya.
Untuk mengakali dirinya tidak hanya menggunakan pupuk pabrikan sebagai pupuk dasar nanun juga memakai pupuk kandang seperti kotoran ayam untuk mengelola lahannya.
Menurutnya pupuk kandang yang saat ini dihargai per karungnya Rp 45 ribu cukup membantu karema harga pupuk organik non subsidi saat ini sangat mahal dikisaran Rp 900 ribu hingga satu juta rupiah.
Sementara petani yang lain, Suparjo (63) juga mengatakan hal yang sama, laki-laki asli Cilacap Jawa Tengah itu sudah 6 tahun bertani di SP 4, saat ini tanaman yang ia rawat yakni sayur Kol.
Sering dilanda hujan membuat tanamannya berkurang kualitas maupun kuantitasnya.
Saat cuaca normal ia mengaku sekali panen bisa menghasilkan hingga 12 ton kol dengan luas lahan yang digarap 3/4 hektar.
“Namun saat ini hanya mampu panen tidak sampai separuhnya. Kualitasnyapun turun, biasanya isinya (kol) padat, tapi ini ringan sekali,” katanya.
Harga sayur kol sendiri dari petani saat ini mencapai Rp 18 ribu per kilo dari biasanya kurang dari Rp 7 ribu perkilonya.
“Ini karena jumlah produksi saat panen menurun drastis meski harga melonjak tinggi. Kita petani ini untung dari hasil panen hanya muter terus untuk modal, pupuk juga mahal, dari pemerintah pupuk subsidi hanya setahun sekali, saya dapat itu cuma 25 kilo, gak cukup, otomatis ya tetap beli, kita gak bisa andalkan pemberian dari pemerintah,” pungkasnya. (feb)