BERITA UTAMAMIMIKA

Cerita Suradi, Petani SP 4 Timika Tentang Ambruknya Harga Sayuran Saat Musim Panen, Terong Hingga Rp 1.000 Perkilo

cropped 895e2990 d422 4061 9705 e533253f1607.jpg
13
×

Cerita Suradi, Petani SP 4 Timika Tentang Ambruknya Harga Sayuran Saat Musim Panen, Terong Hingga Rp 1.000 Perkilo

Share this article
IMG 20230106 WA0040
Kebun kol milik Suradi di Kampung Wonosari Jaya (SP 4), Timika, Papua Tengah.

Timika, fajarpapua.com – Memasuki tahun 2023, petani di SP4 Kelurahan Wonosari Jaya Distrik Wania, Mimika, mengeluhkan harga sayuran yang semakin hancur.

Meski harga bahan pokok dan sayuran di Pasar Sentral Timika diawal tahun ini normal, tapi petani mengeluhkan harga jual yang ambruk.

Klik Gambar Untuk Informasi Selanjutnya
Klik Gambar Untuk Informasi Selanjutnya

Suradi, petani asal Boyolali Jawa Tengah yang nekat mengadu nasib di tanah Amungsa ini mengaku saat musim panen tiba malah harga pasaran turun.

Suradi sendiri sehari-hari mengurusi lahannya dengan menanam sayuran seperti kol, daun bawang hingga buah-buahan seperti semangka dan pepaya. Biasanya dalam sekali panen untuk sayur jenis kol dia mampu produksi hingga 15 karung sehari dengan uang yang diterima sekitar Rp 7 juta.

“Tapi ya gak langsung dibayar mas, dihutang dulu satu minggu dua minggu bahkan sampai satu bulan itu baru dibayar. Itupun kalau dia ingat,” ujarnya saat ditemui fajarpapua.com Jumat (6/1) di kebun miliknya.

“Itu waktu harga sayur kol masih Rp 13-14 ribu perkilo, sekarang ini Rp 7 ribu, hasilnya buat modal lagi aja kurang,” lanjutnya.

Dikatakan, harga sayur kol turun menjadi Rp 7 ribu perkilo dari petani itu sudah sejak dua minggu lalu, dan sampai saat ini berkisar Rp 8 ribu atau naik seribu dari sebelumnya.

Sementara untuk harga daun bawang masih berkisar diantara 35-40 ribu perkilo dan itu masih normal, karena melihat harga di pasar daun bawang berkisar antara 45-50 perkilo.

Suradi bercerita teman petani lainnya juga mengalami hal serupa. Ia mengatakan temannya menanam sayur bayam dan juga terong. Namun untuk sayur bayam perikat kecil dihargai seribu, dan itu membuat petani malas untuk memanen karena tidak sebanding dengan pupuk dan tenaga dalam perawatan.

“Akhirnya bayam yang dia tanam dibabat habis buat pakan babi,” tuturnya.

Bukan hanya itu, tanaman lainnya seperti terong pun turut dihargai seribu perkilo, dan kebanyakan para petani itu membiarkan terong membusuk di batang pohon daripada dipanen yang hanya menghabiskan tenaga.

Sejak bertani kebun kurang lebih 4 tahun lamanya, Suradi tidak pernah mendapat bantuan pupuk dari pemerintah ataupun pihak yang berwenang. Mengingat harga pupuk saat ini tembus Rp 1 juta per karung ukuran 50 kilogram, itu yang membuat Suradi sangat kesulitan.(feb)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *