Timika, fajarpapua.com-“Cuma mau bilang kesehatan sangat berharga, sebaiknya kita menjaga diri dengan tidak melakukan hal-hal yang nantinya membuat kita sendiri yang susah. Begitu saja kaka,” demikian pesan singkat Bunga (nama samaran), wanita remaja usia 29 tahun yang sudah 8 tahun dirinya menjalani hidup normal sebagai orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di salah satu kota di Papua.
Wartawan fajarpapua.com, Selasa (9/8) mencoba mengajak wanita bertubuh tinggi, sexy dan berparas cantik itu untuk berbagi kisah suka duka mengenai statusnya sebagai ODHA.
Tujuan wawancara ini agar kita tidak menciptakan stigma negatif terhadap para ODHA, sekaligus agar kita semua menjaga diri, menjauhi perilaku beresiko yang dapat tertular Human Immuno Deficency Virus (HIV).
Berikut kisah Bunga, antara stigma dan relita, bertahan hidup delapan tahun lamanya dengan mengkonsumsi Obat ARV (Anti Retroviral Virus).
Bermula tahun 2014, Bunga menjalani hubungan dengan seorang pria di Kota Jayapura – Papua. Saat itu, Bunga baru saja menamatkan pendidikan SLTA di salah satu sekolah menengah atas di kota setempat.
Hubungan yang dijalani Bunga bersama pria tersebut, boleh dibilang mampir lewat karena pria tersebut tidak menetap di kota Bunga berdomisili.
Hubungan itu tidak berlangsung begitu lama. Kurun waktu setahun, hubungan keduanya kandas.
Sepanjang tahun 2014, Bunga menyadari kondisi kesehatannya menurun. Sehingga ia memberanikan diri untuk memeriksakan diri ke Puskemas terdekat. Hasilnya dia reaktif atau positif HIV.
Bunga sadar hasil pemeriksaan laboratorium dari Puskesmas itu mengubah statusnya menjadi orang dengan HIV alias ODHA.
“Awalnya saya merasa takut, cemas, tidak percaya dengan hasil yang diterima,” ujarnya.
Oleh dokter, Bunga diyakinkan pada tahapan Volunteer Conseling Testing (VCT), dan akhirnya dia bisa menerima kondisinya hingga saat ini.
Sepanjang 2014 hingga 2022, atau kurang lebih delapan tahun, Bunga selalu ditemani virus HIV.
Dia mengakui kalau sudah hampir 4 tahun dirinya mengkonsumsi ARV yang dikonsumsi setiap jam 8 malam dan pagi hari.
“Kadang kalau putus minum obat dalam jangka waktu lama, langsung bisa drop kaka,” kata Bunga.
Pada Juni 2022 lalu Bunga kembali mengalami sakit yang membuat dirinya harus kembali dirawat di salah satu Klinik Penyakit Dalam Kota Jayapura akibat tidak mengkonsumsi ARV.
Di Klinik Penyakit Dalam dan menular itu, Bunga didiagnosis menderita HIV plus komplikasi paru, asam lambung, asam urat, dan fungsi hati.
Sampai hari ini, sudah 40 hari Bunga di awat di ruang perawatan bersama rekan-rekannya yang juga berstatus sebagai ODHA, baik laki-laki maupun perempuan.
Saat ini, Kondisi Bunga sudah mulai membaik dan menunggu kabar dokter untuk bisa pulang.
Termyata Bunga punya cerita lain. Gadis cantik itu sudah menjalani hubungan badan dengan dua pria. Yang pertama adalah suaminya yang nikah secara sah dan yang kedua bersama salah satu kenalannya usai bercerai.
Waktu dirinya memutuskan untuk menikah, rupanya Bunga telah terinfeksi HIV. Akhirnya tidak lama setelah pernikahan itu, rumah tangganya bubar.
Sampai saat ini, Bunga tahu kalau sang mantan suaminya masih hidup dan dalam kondisi sehat- sehat saja.
Tahun 2020, Bunga kembali menjalin hubungan rumah tangga dengan satusnya sebagai ODHA bersama seorang pria. Tak bertahan lama, akhirnya kemudian merekapun berpisah.
“Sekarang saya hidup bersama keluarga di rumah, mereka menerima saya apa adanya,” tukasnya.
Bunga berpesan kepada semua pembaca agar sayangilah hidup anda, apapun berkat yang diterima, harus dijalani, dinikmati dengan penuh syukur.
“Kaka, sioooh sa bingung harus bilang apa, tapi ini sudah resiko. Mungkin saya terlalu nakal, jadi ini ganjaran dari Tuhan buat saya. Saya terima saja kaka. Puji Tuhan karena sampai hari ini, saya masih hidup,” pesan Bunga melalui akun sosmednya.
Dimata Bunga, ketika seorang jauh dari Tuhan, maka disitulah letak kejatuhanya. Entah dia orang yang berduit, ataukah mereka perempuan yang sekedar menginginkan uang tetapi melakukan perbuatan yang salah dan berdosa.
Sampai saat ini, Bunga masih terus dalam pengawasan salah satu Klinik Penyakit Dalam di Kota Jayapura untuk pengobatan HIV yang dialaminya.
Saat akan mengakhiri komunikasi, Bunga mengaku kurang tahu mampu bertahan hidup sampai kapan.
“Saya pesan untuk semua orang, hidup dengan minum obat tiap hari, dua tablet pagi dan malam itu setengah mati. Kalau lupa, pasti akan sakit lagi. Saya sudah tidak mau masuk kembali ke klinik. Disini tidak enak sekali. Semua dibatasi dan dikontrol,” beber Bunga.(edy)