Timika, fajarpapua.com – Dalam rangka mengelola pengendapan tailing serta mengatasi masalah sedimentasi di muara Sungai Ajkwa, PT Freeport Indonesia (PTFI) melakukan program pengelolaan wilayah pesisir dengan membangun struktur estuari.
Kegiatan pencanangan tersebut dilaksanakan di muara Sungai Ajkwa Rabu (22/11) yang dihadiri oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Mimika, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kepala Dinas Ketenagakerjaan, Kepala Distrik Mimika Timur Jauh dan PTFI.
Kegiatan pembangungan struktur di muara dengan pemasangan bambu dan penanaman mangrove melibatkan masyarakat lokal Kamoro dari 5 kampung. Kemudian 19 pengusaha lokal yang berasal dari 5 Kampung, yaitu Koperapoka, Nawaripi, Nayaro, Tipuka dan Ayuka.
Tujuan dari pengelolaan di Muara Ajkwa adalah untuk mengelola sebagian tailing yang mengalir ke Muara Ajkwa dengan membangun berbagai struktur yang tujuannya untuk meningkatkan pengendapan sehingga lahan untuk kegiatan penanaman mangrove.
PTFI sebelumnya sudah mendapatkan persetujuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk kegiatan pengelolaan tersebut. Harapannya program pengelolaan wilayah pesisir ini dapat memberikan manfaat yang maksimal untuk keberlanjutan Lingkungan di masa mendatang.
Vice President Environmental PTFI Gesang Setyadi menyampaikan bahwa kegiatan pencanangan program pembuatan struktur estuari ini merupakan wujud nyata PTFI dalam upaya perlindungan Lingkungan dan pencegahan pencemaran Lingkungan, serta perbaikan yang berkesinambungan.
Upaya tersebut dilakukan dengan membuat target rencana pembangunan E-Groin sepanjang 2.800 meter per tahun dan target pembangunan struktur Geotube sebanyak 108 unit atau setara dengan panjang 2.700 meter. Komitmen pembangunan struktur estuari dimulai sejak tahun 2023 hingga tahun 2032.
“PTFI mulai tahun 2023 juga melakukan program penanaman mangrove seluas 500 hektar per tahun. Sampai saat ini, PTFI sudah menanam mangrove lebih dari 800 hektar sejak tahun 2004 menggunakan bibit tanaman Rhizophora mucronata dengan melibatkan pengusaha lokal binaan PTFI. Hal ini sejalan dengan komitmen PTFI dalam turut menjaga lingkungan secara berkelanjutan untuk pelestarian lingkungan dan mendukung keseimbangan ekologi,” ujar Gesang pada acara pencanangan struktur estuary di muara Sungai Ajkwa.
Gesang mengungkapkan bahwa pada area PTFI, telah dilakukan kegiatan revegetasi di kawasan tambang Grasberg pada ketinggian 4.200 m di atas permukaan laut seluas 490 hektar.
“Kami juga sudah melakukan penanaman di kawasan Grasberg seluas 520 Hektar, di bekas pengendapan tailing seluas 1160 Hektar, dan penanaman tanaman mangrove seluas lebih dari 800 Hektar. Di samping itu, kami juga melakukan rehabilitasi di hutan Kuala Kencana seluas lebih dari 960 Hektar dan di hutan Tembagapura seluas 12 Hektar,” tambah Gesang.
Sementara Senior Vice President Community Relations/Social Responsibility PTFI Nathan Kum, menyampaikan bahwa PTFI akan terus memberikan peluang dan kesempatan kerja bagi masyarakat yang terkena dampak kegiatan operasional PT Freeport Indonesia.
Kegiatan ini merupakan contoh nyata dimana masyarakat lokal dilibatkan dalam kegiatan pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh PTFI. Saat ini sudah ada lebih dari 60 pegusaha lokal yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan lingkungan, mulai dari Grasberg di dataran tinggi sampai ke wilayah pesisir. Melalui kegiatan pembuatan stuktur bambu dan penanaman mangrove, kedepannya jumlah pengusaha lokal akan terus meningkat.
Program ini juga berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan antara lain Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Mimika dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada di Kabupaten Mimika, seperti Bank BRI yang menyalurkan bantuan modal kepada beberapa pengusaha lokal senilai Rp 7,1 miliar atau masing-masing Rp 390 juta.
“Saya yakin bahwa dengan dukungan dari berbagai pihak termasuk masyarakat, komitmen pengelolaan lingkungan di wilayah muara Sungai Ajkwa dapat terlaksana dan sekaligus membuka kesempatan usaha dan kerja baru bagi masyarakat lokal sampai dengan tahun 2041″, kata Nathan Kum.