Dogiyai, fajarpapua.com- Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) – Organisasi Papua Merdeka (OPM) mengklaim bertanggung jawab atas pembunuhan seorang intelijen Indonesia di Jembatan Terminal Moenamani, Kabupaten Dogiyai, Papua Pegunungan, pada Senin (14/4).
Klaim tersebut disampaikan langsung oleh pasukan TPNPB Kodap XI Odiyai Dogiyai di bawah pimpinan Pangkodap, Brigjen Yonatan Makime Pigai, kepada Manajemen Markas Pusat KOMNAS TPNPB.
“Pasukan TPNPB Kodap XI Odiyai Dogiyai telah melakukan pembunuhan terhadap Lailo, kepala Intelejen Militer Indonesia di Dogiyai pada Senin, 14 April 2025 sekitar pukul 12.00. Kami juga menyita satu pistol dan sebuah motor milik korban. Pistol korban sekarang berada di tangan pasukan TPNPB, sementara motor korban telah dibakar,” kata Brigjen Yonatan Makime Pigai.
Ia juga menambahkan selain berstatus sebagai intelijen, korban merupakan Ketua Ikatan Nusantara di Kabupaten Dogiyai, yang diangkat oleh warga imigran Indonesia.
“Dia diangkat oleh warga imigran Indonesia sebagai Ketua Ikatan Nusantara di Kabupaten Dogiyai dan selama ini merekrut anggota untuk melakukan mata-mata di wilayah operasi TPNPB Kodap XI Odiyai Dogiyai,” jelasnya.
Sementara itu, berdasarkan laporan dari Papua Intelligence Service (PIS), disebutkan bahwa militer Indonesia telah mengirimkan pasukan ke Dogiyai setelah kejadian tersebut.
“Sejak sore hari, pasukan militer dari Nabire telah dikirimkan menggunakan empat truk militer lengkap dengan pasukan dan logistik perang, satu unit mobil Triton yang berisi bahan makanan, serta satu unit mobil Avanza yang membawa pasukan militer lengkap menuju Dogiyai,” kata perwakilan PIS.
“Pada waktu yang sama, PIS TPNPB dari Deiyai dan Paniai melaporkan bahwa pasukan militer juga dikirim ke Dogiyai menggunakan enam unit mobil Avanza dan enam unit mobil patroli militer yang dilengkapi dengan senjata lengkap memasuki wilayah operasi,” tambahnya.
Menanggapi hal ini, TPNPB Kodap XI Odiyai Dogiyai menegaskan kepada Pemerintah Indonesia untuk tidak melakukan penangkapan sewenang-wenang terhadap warga sipil.
“Jika militer Indonesia ingin mengejar kami, silakan datang ke markas kami dan hentikan penembakan liar serta penangkapan sewenang-wenang terhadap masyarakat sipil. Dalam perang, senjata harus digunakan sesuai dengan aturan perang dan hukum humaniter,” tegasnya.
Laporan selanjutnya menyebutkan pada malam hari, pasukan militer Indonesia yang dipersenjatai lengkap, bersama warga pendatang, telah melakukan siaga dengan alat tajam.
“Pasukan militer Indonesia telah melakukan penembakan liar sejak siang hingga malam di pusat kota Moanemani untuk menakut-nakuti warga sipil,” ungkapnya.
“Sehubungan dengan hal tersebut, pasukan TPNPB Kodap XI Odiyai Dogiyai mengimbau kepada militer Indonesia untuk menghentikan penembakan liar dan juga kepada warga imigran Indonesia untuk menghentikan gerakan tambahan di wilayah operasi TPNPB,” tambahnya.
Sementara Kasatgas Humas Operasi Damai Cartenz 2025, Kombes Pol Yusuf Sutejo, menegaskan korban bukan seorang intelijen, melainkan warga sipil.
“Itu hanya propaganda. Korban itu hanya masyarakat biasa kok,” kata Yusuf, Selasa (15/4). (red)