BERITA UTAMAKESEHATAN

Wapada Parosmia! Gejala Baru Covid-19 Yang Banyak Dilaporkan

cropped cnthijau.png
5
×

Wapada Parosmia! Gejala Baru Covid-19 Yang Banyak Dilaporkan

Share this article
Gejala Baru Covid-19, Parosmia
ilustrasi

Bogor, Fajarpapua.com – Banyaknya laporan tentang gejala baru Covid-19, yaitu parosmia dan kebanyakan dialami oleh penderita long Covid, atau orang yang positif terinfeksi Covid dan tidak mengalami kesembuhan hingga lebih dari 12 minggu.

Gejala baru Covid-19 ini (parosmia) juga dialami dan dirasakan oleh sejumlah orang yang telah sembuh dari Covid-19 atau penyintas Covid-19.

Ciri Gejala Baru Covid-19 (Parosmia)

Orang yang mengalami parosmia akan mengalami sensasi atau perubahan pada fungsi penciumannya. Perubahan ini bukan berupa hilangnya kemampuan mencium aroma atau bau tertentu, melainkan terjadi perubahan respons terhadap bau.

Penderita parosmia akan mengalami keanehan saat menerjemahkan bau yang di hirupnya seperti mencium aroma parfum yang ringan dan berbau wangi lembut maka penderita yang mengalami parosmia akan menciumnya sebagai bau atau aroma busuk.

Bahkan pada penderita parosmia yang sudah parah, penderita juga bisa sampai merasakan sakit pada fisiknya saat mencium aroma atau bau yang menyengat atau beraroma kuat.

Pada sebagian besar kasus parosmia yang dilaporkan, banyak terdapat laporan adanya gejala terkena parosmia ketika seseorang baru saja sembuh dari infeksi Covid-19.

Banyak dari penderita Covid-19 yang sudah dinyatakan sembuh termasuk di dalamnya mereka yang tergolong sebagai penderita long Covid-19 akan merasakan bau yang sangat tidak mengenakkan seperti bau amis ikan atau benda yang terbakar sementara di daerah tersebut tidak ada  bau seperti itu.

Bau yang tercium tersebut sering kali membuat penderitanya menjadi mual hingga selera makan pun hilang.

Dokter spesialis telinga hidung tenggorokan (THT) mampu mengenali gejala ini (parosmia) hanya dengan melakukan pemeriksaan fisik, tes penciuman terhadap bau, serta memeriksa riwayat kesehatan pasien.

Parosmia ini muncul dikarenakan saraf pendeteksi bau mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh penyakit infeksi atau penyakit lainnya.

Pada kondisi norma, saraf penciuman akan mengirimkan informasi bau yang diterimanya untuk diteruskan ke otak untuk diterjemahkan jenis bau atau seperti apa baunya.

Rusaknya saraf yang mengirimkan sinyal bau kepada otak yang berakibat terjadi kesalahan otak untuk menerjemahkan dan memberikan respons terhadap bau inilah yang disebut dengan parosmia, penyebabnya antara lain:

  • Infeksi virus dan bakteri, seperti virus corona
  • Cedera kepala Kebiasaan merokok
  • Paparan bahan kimia
  • Efek samping pengobatan kanker
  • Penyakit alzheimer dan parkinson
  • Tumor
  • Musibah atau Kecelakaan
  • Mutasi GEN atau bawaan sejak lahir

Untuk beberapa kasus terutama parosmia yang timbul akibat faktor lingkungan atau obat-obatan (bahan kimia) pada umumnya masih dapat di obati dengan mengobati atau mengatasi sumber penyebabnya.

Konsultan kesehatan yang bergerak di bidang THT juga banyak yang menyarankan untuk melakukan terapi menggunakan antibiotik, vitamin A dan Zinc yang tentunya harus di bawah pengawasan ahli.

Di samping itu juga bisa ditambahkan dengan melakukan terapi bau yang bertujuan melakukan pengenalan bau kembali dan melatih respons terhadap bau yang dihirupnya.

Tetap selalu jaga kesehatan dan taat pada protokol kesehatan, amankan diri demi keluarga dan lingkungan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *