BERITA UTAMAMIMIKA

Meninggal Dunia Divonis Covid-19, Keluarga Protes di RSUD Mimika, dokter Anton: Beliau Diantar Saat Sudah Kritis

cropped 895e2990 d422 4061 9705 e533253f1607.jpg
10
×

Meninggal Dunia Divonis Covid-19, Keluarga Protes di RSUD Mimika, dokter Anton: Beliau Diantar Saat Sudah Kritis

Share this article
Jenazah almarhum NW saat diambil pulang keluarga.
Jenazah almarhum NW saat diambil pulang keluarga.

Timika, fajarpapua.com – Keluarga almarhum NW, pada Jumat (15/4) memprotes pelayanan RSUD Mimika. Pasalnya, menurut mereka NW dirawat selama 4 hari di ruangan isolasi paru-paru, namun saat meninggal Jumat kemarin divonis covid-19.

Terhadap hal itu, Direktur RSUD Mimika dokter Antonius Pasulu mengemukakan, penanganan dan penempatan pasien di RSUD pasti mengikuti alur dan SOP yang berlaku.

ads

“Khusus pasien diisolasi covid-19 aturannya dari dulu memang tidak boleh dijenguk. Hal ini untuk mencegah penularan dan tidak ada hubungannya dengan proyek-proyek seperti yang disampaikan,” ungkap dokter Anton dikonfirmasi fajarpapua.com, Jumat (15/4) malam.

Ia mengatakan, semua pasien covid-19 yang dirawat tidak dikenakan biaya perawatan sama sekali dan sebelum dirawat pasien diedukasi dan dimintai persetujuan untuk dirawat serta dijelaskan aturan yang berlaku.

“Untuk protes dari keluarga kami memahami karena keluarga lagi berduka. Kami sudah berusaha menangani secara maksimal sesuai dengan SOP yang berlaku, tapi kembali lagi yang menentukan hidup dan mati itu adalah Tuhan. Apalagi pasien ini masuk memang sudah dengan kondisi kritis,” tukasnya.

Sementara PW, anak almarhum dalam rilis yang diterima fajarpapua.com Jumat tadi malam mengemukakan, kronologi sakit awalnya tanggal 11 April 2022 keluarga mengantarkan NW ke IGD RSUD Mimika.

Hasil pemeriksaan medis semua normal namun ditemukan kecurigaan pada saluran pernafasan. Dokter menyarakan nginap namun keluarga meminta dikasih obat.

“Lalu tanggal 12 April kami balik lagi, pemeriksaan fabrikasi paru-paru dan diberikan oksigen sekaligus surat persetujuan untuk bapak nginap,” bebernya.

Tanggal 13 April, keluarga turun lagi untuk menjenguk NW namun sudah diisolasi di ruang paru-paru.

“Kami sempat video call sama bapak dan bapak dalam keadaan baik dalam hal berbicara. Pada saat tanggal 14 April kami datang lagi mengambil baju kotor, sempat dikatakan dalam perawatan karena belum ada reaksi obat,” tukasnya.

“Namun pada hari Jumat 15 April bapak divonis covid 19. Papa meninggal dunia. Kami sempat melakukan aksi di RSUD karena tidak terima. Alasan keluarga mengamuk karena ada sebab, terhitung sudah 4 hari dari tanggal 11 sampai tanggal 15 dirawat ruangan paru-paru, namun kematiannya dinyatakan covid19. Yang jadi pertanyaan ruangan paru-paru untuk ruangan isolasi covid? Kalau covid yah ada ruangannya. Kok pada saat mati saja lalu dikatakan covid,” ungkap PW yang merupakan anak almarhum.

Hal lain yang disayangkan, keluarga sama sekali tidak bisa menjenguk.

“Kami berharap agar orang yang diisolasi di kemudian hari bisa dijenguk mewakili keluarga agar tahu perkembangan keadaannya. Jangan sampai mereka hanya jadikan ini proyek-proyek,” tukasnya.(ana)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *