Karena banyak anak-anak yang menjadi informan, Paulus pun memutuskan untuk menghentikan kegiatan pembimbingan TBO itu.
Pihaknya juga memutuskan untuk menghentikan kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh anggotanya.
Menurutnya, keputusan tersebut sudah tepat. Dia khawatir jika kegiatan tersebut dilanjutkan, maka akan timbul permasalahan yang lebih besar hingga merugikan negara.
“Kami instruksikan agar tidak ada lagi kegiatan yang mengangkat anak-anak. Kita akan lihat akibat dari persoalan seperti ini,” tuturnya.
Dia tidak ingin, hal tersebut bisa menambah korban jiwa dari pihak kepolisian.
Karena kata Paulus, anggotanya bukan hanya gugur di tangan KKB, namun gugur di tangan Orang Tak Dikenal (OTK) di Papua.
Saat ini, kata Paulus, pihaknya masih melakukan upaya tegas dan terukur terhadap kelompok KKB, meskipun para KKB dan OTK itu melakukan penyerangan yang masif.
“Sebisa mungkin Polri melakukan soft approach dengan mengedepankan humanisme,” ujarnya.
Paulus mengatakan, TNI-Polri berupaya untuk menghadirkan para guru, tenaga kesehatan, para tokoh. Baik itu tokoh agama, tokoh adat, tokoh perempuan dan anak muda.
“Mereka melakukan tindakan masif kemana-mana, melibatkan pihak yang tidak berdosa. ini alasan mereka kita kategorikan sebagai kelompok teror. Nah kami sangat hati-hati menangani mereka. tidak mau serampangan, hanya melakukan tindakan tegas, tapi tidak terukur yang akhirnya bisa salah sasaran,” ungkapnya.
Dua Pucuk SS 1 Ditemukan di Perbatasan
Sementara, dua senjata api jenis SS1 V1 milik Polri yang diambil sekelompok orang tak dikenal di Polsubsektor Oksamol, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, pada Rabu (2/5), ditemukan di rumah singgah yang terletak di perbatasan RI-PNG.