BERITA UTAMAMIMIKA

Ternyata Setiap Tahun Ada Bantuan Dana Malaria Rp 2,3 Miliar Tapi Tidak Pernah Dilaporkan

cropped 895e2990 d422 4061 9705 e533253f1607.jpg
4
×

Ternyata Setiap Tahun Ada Bantuan Dana Malaria Rp 2,3 Miliar Tapi Tidak Pernah Dilaporkan

Share this article
Wabup John Rettob dan Direktur YPMAK, Febian Magal dalam pertemuan koordinasi di rumah jabatan Wabup SP 3, Kamis (9/12)
Wabup John Rettob dan Direktur YPMAK, Febian Magal dalam pertemuan koordinasi di rumah jabatan Wabup SP 3, Kamis (9/12)

Timika, fajarpapua.com – Penanganan beberapa isu kesehatan di Kabupaten Mimika akan dijadikan program kolaborasi antara Pemkab Mimika dan YPMAK.

Isu kesehatan itu antara lain, malaria, stunting, dan juga kusta yang ada di beberapa kampung di wilayah barat Mimika yang membutuhkan penanganan serius.

Klik iklan untuk info lebih lanjut

Hal tersebut disampaikan Wakil Bupati Mimika, Johannes Rettob pada rapat koordinasi bersama Managemen YPMAK di Rumah Jabatan Wabup Mimika di SP 3, Kamis (9/12).

Kasus malaria, kata dia, Kabupaten Mimika tertinggi untuk nasional jadi penanganan tidak hanya pemerintah semata tapi harus berkolaborasi bersama pihak lain.

Mendengar soal kontribusi YPMAK sejak tahun 2012 hingga sekarang dimana setiap tahun mereka dibantu Rp 2,3 miliar untuk penanganan malaria, kata Wabup John, mestinya pengelola program menyampaikan laporan secara rutin.

“Saya juga baru tahu untuk malaria YPMAK berkontribusi Rp 2,3 miliar setiap tahun. Nanti saya tanyakan pengelola programnya termasuk laporannya,” kata Wabup John.

Untuk stunting, dia menjelaskan tim Dinkes pernah menyampaikan progress penanganan. Katanya, stunting sudah bisa diturunkan hingga angka 25 persen. Namun penurunan angka ini harus disertai data riil dimana saja keberhasilan itu.

“Ini agenda nasional yang mana daerah harus dapat menunjukan keseriusan kerja sehingga kasus itu benar-benar turun. Mimika masih sangat serius soal stunting, jadi dibutuhkan penanganan bersama,” pungkasnya.

Kemudian ada satu penyakit yang kurang mendapat perhatian namun bisa menularkan ke warga lain di wilayah Potowayburu yakni kusta.

“Soal-soal seperti ini harus keroyokan bersama baik oleh pemerintah, YPMAK juga lembaga-lembaga swasta yang ada di daerah ini,” ujarnya.

Sementara Direktur YPMAK, Febian Magal mengatakan untuk malaria ada kontribusi YPMAK tiap tahun sebesar 2,3 miliar. Karena memang YPMAK cukup konsen dengan malaria sebab Timika penyumbang kasus terbesar tingkat nasional.

Namun, kata dia, sejak YPMAK menggelontor bantuan dana tersebut tidak ada laporan penggunaannya.

“Saya selalu tanya Kepala Divisi Kesehatan, tapi beliau sampaikan Pemda tidak kasih laporan. Kita kasih dana besar lalu tidak kasih laporan bagaimana kita mau bertanggungjawab ke donatur?” kata Febian.

Untuk isu kesehatan yang lain, jelas dia, Pemkab dan YPMAK perlu mengadakan rapat teknis sekali lagi untuk menentukan program dan langkah-langkah selanjutnya. “Yang penting unsur teknis harus hadir semua,” paparnya. (mar)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *