Timika, fajarpapua.com – Gempa berkekuatan 4.2 magnitudo mengguncang Nabire, Papua, sekitar pukul 19.56 WIT, Kamis (23/6). Gempa malam ini merupakan yang kedua setelah pada Kamis pagi gempa juga menghajar daerah calon ibukota Papua Tengah itu.
Kepala BMKG Timika, Okto Firdaus Fajri Rianto ST dikonfirmasi fajarpapua.com mengemukakan, berdasarkan laporan yang diperoleh, gempa terjadi 34 kilometer barat laut Nabire tepatnya di lokasi
3.46 Lintang Selatan, 135.45 Bujur Timur. Kedalaman gempa 10 Km.
Pada Kamis pagi, gempa bumi dengan kekuatan magnitudo (M) 3,6 juga mengguncang Kabupaten Nabire, Papua. Pusat kekuatan gempa Nabire tersebut berada di darat.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengkonfirmasi gempa bumi di Nabire tersebut terjadi sekitar pukul 12.49 WIT pada Kamis (23/6/2022).
“Gempa dirasakan Magnitudo:3.6,” tulis BMKG di akun Twitter miliknya @InfoBMKG terkait gempa bumi di Nabire, Papua, seperti dilihat detikSulsel.
Gempa berpusat di darat. Tepatnya di koordinat 3.39 LS,135.56 BT atau di 25 kilometer barat laut Nabire, Papua.
“Kedalaman (gempa):10 Km,” tegas BMKG.
Gempa dirasakan dengan kekuatan MMI II. Digambarkan Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
Hingga saat ini belum ada laporan lebih lanjut terkait dampak dari gempa bumi tersebut, termasuk ada atau tidak kerusakan, serta korban akibat gempa bumi tersebut.
Surati Komisi II DPR RI Soal Nabire Daerah Gempa
Sementara itu, salah seorang tokoh masyarakat Mimika, Saleh Alhamid dalam surat elektronik yang ditujukkan ke Komisi II DPR RI meminta lembaga legislator itu mengevaluasi kembali rencana Nabire sebagai ibu kota.
Berikut petikan surat terbuka Saleh Alhamid.
Kepada
Yth. Ketua Komisi II DPR-RI
di Jakarta
Salam hormat dari Kota Emas Timika-Papua
Membaca Pernyataan Saudara di Media Sosial yang mengatakan bahwa Nabire adalah Calon Ibukota Provinsi Papua Tengah. Maka sebelum palu di tangan Saudara diketok, izinkan saya untuk memberikan masukan terakhir meskipun tidak berguna karena memang Nabire telah Saudara bungkus (sebutan kami di Papua) sebagai cikal bakal ibukota Provinsi Papua Tengah.
Saya tidak tahu, Apakah itu sudah harga mati ? Ataukah baru sebatas wacana saja.
Bagi saya pribadi, saya merasa tidak dirugikan ataupun diuntungkan terkait hal ini
Kenapa ? Sebab, dimanapun Ibukota Provinsi Papua Tengah, It’s No Problem.
Begini…
Saya adalah salah seorang pendatang yakni sebutan untuk kelompok migran yang berdomisilisi di Timika atau Tanah Papua. Saya tercatat sebagai penduduk yang bermukim di Kabupaten Mimika kurang-lebih 33 tahun, yakni sejak kota Timika masih berada dalam wilayah administrasi kecamatan/Distrik Mimika Timur yang beribukota di Mapurujaya. Ketika itu, diakui kota Timika belumlah seperti saat ini.
Namun, saya merasa tidak perlu untuk menjelaskan secara mendetail tentang kota Timika yang saat ini sedang bertumbuh pesat.
Kenapa ? Karena saya yakin Tim Kajian dari Kementerian Dalam Negeri telah meninjau dan melakukan Kajian lebih jauh dimana layaknya ibukota Provinsi Papua Tengah, baik ditinjau dari perspektif Filosofis, Antropologis, Sosiologis dan Yuridis Formal.
Searah dengan perputaran waktu yang tinggal menghitung hari ini nampaknya Timika akan tenggelam dalam percaturan untuk memperebutkan peluang sebagai ibukota Provinsi Papua Tengah.
Oleh karena itu, ijinkan saya untuk menyampaikan informasi terakhir yang kiranya dapat Saudara pertimbangkan. Namun, saya yakin audara telah mengetahuinya, yaitu.
Pertama, Timika adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Papua yang sangat cepat perkembangannya. Disisi lain, Timika merupakan kota yang berkembang demikian pesat, dihuni oleh berbagai etnis dan sebagai pusat pengembangan wilayah yang memiliki potensi yang sangat mapan baik ditinjau dari Aspek Demografi, Sumber Daya Alam, dinamika sosial dan berbagai faktor pendukung lainnya.
Selain itu, hadirnya transmigrasi, penduduk dari Pulau Jawa yang mayoritas beragama Islam, justru diterima dan disambut dengan sangat manusiawi di Negeri ini yang diberi label : Tanah Amungsa dan Bumi Kamoro (Amungsa untuk orang Gunung dan Kamoro untuk orang Pantai) dengan damai dan penuh kekeluargaan.
Kedua, Timika berpagar gunung-gunung yang menyimpan berbagai harta karun dan bertikar lautan pasifik yang luas yang menyimpan hasil laut berjuta ton/hari itu terlihat dengan berlabuhnya ribuan kapal pencari ikan di Pelabuhan Timika. Selain itu, adanya puluhan kapal Induk pengangkut harta karun dari Timika yang dibawa keluar menuju negara lain.
Uniknya…
Antara kapal-kapal induk pengangkut BBM tambang itu tidak bersenggolan dengan kapal-kapal Ikan. Kenapa ? Karena Timika memiliki 2 (dua) pelabuhan. Saudara pasti sudah tahu 2 pelabuhan dimaksud.
Ketiga, Saudara juga pasti telah tahu bahwa, Timika adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Papua yang memiliki Bandara Internasional yang fasilitasnya berstandard Internasional. Secara gamblang ingin Saya katakan bahwa, fasilitas Bandara Internasional Mozes Kilangin itu nyaris mendekati fasilitas yang dimiliki Bandara Internasional Hassanudin di Makassar. Artinya, dari Timika Saudara dapat menuju seluruh Bandara Internasional di Indonesia…!
Tercatat pula,
Mimika adalah satu-satunya Kabupaten di Provinsi Papua yang banyak memiliki hotel bintang 5 dan bintang 4 selain Jayapura. Timika tidak memiliki hotel berkelas melati..! Timika juga siap menerima tamu dari manapun bahkan Presiden sekalipun jika berkunjung ke Timika dipastikan beliau akan nyaman menginap di hotel yang bernama Sheraton (Rimba Papua). Hotel yang berada di seputaran Kota Timika yang kondisi alamnya sangat tertata asri. Di sekelilingnya tidak ada satu pohonpun yang ditanam kecuali pohon yang tumbuh secara alami.
Keempat, jika kemudian Timika tidak masuk dan ditetapkan menjadi Ibukota Provinsi Papua Tengah dengan alasan hanya karena ada issue seputar pro dan kontra maka itu bukan sebuah alasan yang rasional untuk dijadikan tolok ukur !
Kenapa…?
Jika Timika tidak terpilih menjadi Ibukota Provinsi Papua Tengah lantaran adanya potensi konflik dan lainnya, maka itupun bukan tumpuan sebuah argumentasi yang mendasar…! Tahukah Saudara bahwa Nabire yang menjadi pilihan Ibukota Provinsi Papua Tengah itu merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Papua yang sangat rawan gempa (tsunami). Maka, saya mengajak kita untuk sejenak membayangkan potensi bencana jika negara mengeluarkan ratusan triliun untuk membangun Ibukota Provinsi Papua Tengah (PPT) kemudian datang bencana alam (tsunami), maka apa yang dapat Saudara perbuat ?
Tentu sudah banyak orang cerdik pandai yang telah menganalisa semua ini, namun tentu keputusan tertinggi berada di tangan Pemerintah Republik Indonesia di Jakarta…!
Saya ucapkan
Selamat kepada Saudara dan Salam Hormat kepada palu yang ada dalam genggaman Saudara…
Semoga palu yang ada dalam genggaman Saudara akan dicatat dalam Sejarah untuk ikut juga bertanggung jawab terhadap masa depan Provinsi Papua Tengah dengan Ibukota NABIRE…!!! (red)